Tidak sampai satu bulan di Maumere, ia memutuskan untuk beternak babi.
Renold menceritakan, awalnya ia tidak mengerti sedikit pun tentang bagaimana beternak babi. Dengan modal uang tiket, ia berangkat ke Bali dan Kupang untuk mempelajaru bagaimana teknisnya orang beternak babi.
"Selama di 2 tempat ini saya belajar vaksin, kebiri, dan takaran obat untuk babi. Selebihnya saya lihat-lihat saja cara mereka merawat babi di kandang," katanya.
Renold mengatakan, ia memilih beternak babi itu punya alasan yang jelas. Prospek ternak babi di Maumere cukup bagus dan menjanjikan.
"Acara apa saja di Maumere pasti butuh babi. Saya putuskan untuk ternak babi. Daripada tidak ada kerja," kata pemuda yang masih status lajang itu.
Renold mengisahkan, awal usaha ternak babi itu, ia mesti pinjam uang di Bank Nasional Indonesia (BNI) cabang Maumere untuk membeli babi.
Menurutnya, dengan meminjam uang di bank itulah membuat dirinya berani dan termotivasi untuk segera menjalankan usaha ternak babi.
Awalnya ia membeli 28 ekor babi betina dan 2 jantan. Dari puluhan induk itulah pelan-pelan menghasilkan ratusan ekor babi seperti sekarang ini.
"Per tahun itu hasil dari ternak babi ini ya, ratusan juta. Satu ekor babi kan dijual Rp 1 juta. Pada tahun 2017 pernah hasil Rp 1 miliar. Sebelum dan sesudah, hasilnya Rp 700 juta dan Rp 800 juta. Tetapi, itu bukan hitung bersih. Kita kan beli pakan, vaksin, obat, dan gaji karyawan. Kalau bersih, ya sekitar Rp 500 juta," tutur Renold.
Tantangan
Renold mengatakan, selama 4 tahun menjalani usaha ternak babi pasti mengalami tantangan. Tantangan yang sering dialami itu adalah anak babi mati dan karyawan berhenti.
Ia menyebutkan, pada tahun 2016 sebagian induk dan anak babi kena penyakit huklera. Ada 5 induk yang mati dan puluhan anak babi yang mati karena penyakit itu.
"Saat itu sempat kecewa dan putus asa. Tetapi tetap bersyukur. Yang penting ada hasil. Saya selalu berpikir positif, setiap usaha pasti ada jatuh bangunnya. Pernah juga saya kerja sendiri. Urus makan dan bersihkan kandang. Tetapi, intinya tetap semangat dan tidak kehilangan harapan," kata Renold.
Ia melanjutkan, hasil usaha ternak babi diperuntukkan membiayai adik-adiknya yang sedang kuliah 2 orang, gaji karyawan, kredit motor pekerja, dan belanja kebutuhan sehari-hari.
Ia mengatakan, beternak babi itu sebenarnya tidak ribet dan tidak lama jika memahami pola kerjanya.
"Kawinnya kan 1 hari pagi dan sore. Untuk buntingya itu 3 bulan, 3 minggu, dan 3 hari. Satu induk minimal menghasilkan 8 anak dan sampai belasan. Kalau di bawah 8 kita rugi. Dalam 2 bulan kita sudah bisa jual dengan harga Rp 1 juta per ekor," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.