Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Pemuda Alami Kebutaan, Bukan karena Game Online tapi Penyakit Glaukoma

Kompas.com - 11/09/2019, 06:16 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Surya Utama (19), pemuda dari Dusun I, Desa Pinangripan, Kecamatan Air Batu, Kabupaten Asahan, Sumut, mengalami kebutaan.

Surya menduga kebutaan yang dialaminya disebabkan karena hobinya bermain game online melalui ponsel.

Sejak Mei 2019 lalu, Surya Utama hanya bisa melihat setitik cahaya. Setelah diperiksa ternyata Surya menderita penyakit glaukoma.

Berikut fakta dari Surya Utama asal Kabupaten Asahan yang menderita kebutaan sejak Mei 2019 lalu:

1. Sering main game malam hari

Surya Utama (19) mengaku sering main game melalui ponsel saat malam hari. Bahkan dikondisi gelap sekaliam mengisi daya ponsel.

Dalam sehari dia bisa main game hingga lima jam.

"Kalau tidurnya, tergantung. Kadang jam 2 kadang jam 3," katanya. Surya sering bermain game Mobile Legend, PUBG, hingga FreeFire.

Baca juga: Kecanduan Main Game Online, Pemuda Ini Alami Kebutaan

 

2. Mata memerah dan pandangan gelap

Mei 2019, mata Surya Utama memerah namun dia tidak merasa sakit. Keesokan harinya pandangannya gelap. Dia hanya bisa melihat sedikit cahaya.

"Kayak ada kabus (kabut) yang menghalangi. ada cahaya sedikit saja. Jalan sendiri tak bisa, kecuali meraba-raba dinding saja di rumah," kata Surya, Selasa (10/9/2019).

Dengan kondisi yang dialaminya saat ini, Surya tidak bisa melakukan banyak aktivitas.

Untuk ke kamar mandi, Surya harus meraba dinding, termasuk saat berjalan dari kamarnya ke halaman rumah.

"Untungnya saya masih hafal (susunan) di rumah," katanya.

Baca juga: Pencuri Mata, Sebab Pemuda Kecanduan Game Online Alami Kebutaan

 

3. Periksa ke rumah sakit khusus mata

Surya Utama (kanan) saat diperiksa di ruang visus di Rumah Sakit Khusus Mata (SMEC) Medan, Selasa (10/9/2019). Di ruangan ini, dia diperiksa ketajaman penglihatannya.KOMPAS.COM/DEWANTORO Surya Utama (kanan) saat diperiksa di ruang visus di Rumah Sakit Khusus Mata (SMEC) Medan, Selasa (10/9/2019). Di ruangan ini, dia diperiksa ketajaman penglihatannya.
Surya bersama ayah dan ibunya mendatangi Rumah Sakit Khusus Mata/Sumatera Eye Center (SMEC) Medan, Selasa (10/9/2019).

Ia sudah mendatangi rumah sakit sebanyak lima kali untuk periksa mata, hingga ia dirujuk ke Rumah Sakit SMEC Medan.

Di rumah sakit khusus mata, Surya menjalani beberapa pemeriksaan mulai dari Ruang Visus untuk mengetahui ketajaman pengelihatan, hingga pemeriksaan oleh dokter spesialis mata.

Untuk memastikan diagnosa awal dari rumah sakit sebelumnya, Surya menjalani beberapa tahap pemeriksaan, hingga matanya di-scanning.

Baca juga: Pakar TI Unimal Menilai Pemblokiran Game PUBG di Aceh Tidak Efektif

 

4. Mederita glaukama

Menurut dr Pinto Yusneni Pulungan SpM yang memeriksa Surya mengatakan, pasien itu datang dengan diagnosa mengalami glaukoma.

"Glaukoma primer itu, penyakit generatif atau tidak sembuh, dengan peninggian tekanan bola mata dan kerusakan pada saraf penglihatan," kata Pinto.

Setelah diperiksa, Surya murni mengalami glaukama.

"Dari hasil scanning, sudah kita dapatkan bahwa saraf dia sudah mengalami atrofi atau kematian saraf," jelasnya.

Baca juga: Majelis Ulama Aceh Minta Pemblokiran Game PUBG Disegerakan

 

5. Tidak ada kaitannya dengan game online

dr Pinto Yusneni Pulungan SpM mengatakan glaukama yang dialami Surya tidak ada kaitannya dengan aktivitasnya yang suka bermain game online.

Tapi, jika disebabkan karena penyakit lain bisa saja mungkin, misalnya keletihan pada mata atau infeksi.

"Pasien itu bisa dengan alasan bermacam-macam. Tapi kami tegakkan diagnosa sesuai hasil pemeriksaan. Dia murni glaukoma, tapi datang terlambat," katanya.

Dalam istilah medis, glaukoma ini bisa disebut pencuri mata. Sebab, penderitanya tak menyadari bahwa ada penyakit itu.

Gejala penyakit ini sangat samar, bahkan tanpa keluhan. Tiba-tiba pandangan kabur dan mengalami kebutaan.

Baca juga: Sesuai Fatwa Haram, Pemkot Lhokseumawe Minta Game PUBG Diblokir

 

6. Memperpanjang penglihatan

Surya Utama (tengah) didamping kedua orangtuanya menunggu pemeriksaan oleh dokter di Rumah Sakit Khusus Mata (SMEC) Medan, Selasa (10/9/2019). Penampilannya seolah tidak ada masalah di matanya, padahal hanya setitik (sedikit) saja cahaya yang bisa dilihatnya.KOMPAS.COM/DEWANTORO Surya Utama (tengah) didamping kedua orangtuanya menunggu pemeriksaan oleh dokter di Rumah Sakit Khusus Mata (SMEC) Medan, Selasa (10/9/2019). Penampilannya seolah tidak ada masalah di matanya, padahal hanya setitik (sedikit) saja cahaya yang bisa dilihatnya.
Hingga kini, pihak medis sendiri belum mampu untuk menyembuhkan penyakit glaukoma, karena penyakit tersebut tak bisa sembuh.

Penanganan paling maksimal yang bisa dilakukan adalah memperpanjang penglihatan sebelum mengalami kebutaan total.

Dokter biasanya memberi obat tetes, konsumsi obat hingga operasi agar pasien bisa kembali pada tekanan atau titik normal.

"Makin normal dia, maka (untuk mencapai) kebutaan makin lama. Karena tak mungkin sembuh. Jadi kita melakukan penurunan tekanan untuk memperpanjang penglihatannya," ujarnya.

SUMBER: KOMPAS.com (Dewantoro)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com