Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Joseph Osdar
Kolumnis

Mantan wartawan harian Kompas. Kolumnis 

Kisah Marta, “Ciblek Lawang Sewu” (BAGIAN I)

Kompas.com - 05/09/2019, 08:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

“Tante saya waktu itu bilang mau mengajak saya ke Tangerang, tapi dia tidak punya ongkos untuk tiket kereta api buat saya. Lalu saya bilang, saya punya uang. Kami sepakat untuk ke Jakarta dua hari lagi” ujar Marta.

Sebelum berangkat ke Jakarta, Marta ingin mengucapkan terima kasih pada bapak yang memberi uang padanya. Tapi Marta tidak tahu nama dan alamat bapak itu.

“Akhirnya sebelum saya berangkat ke Jakarta dan Tangerang, saya datang ke Lawang Sewu dan mengucapkan terima kasih pada Lawang Sewu,” kisah Marta.

Kenapa harus berterima kasih pada Lawang Sewu ? Saya tanya pada Marta. “Saya juga tidak tahu. Tapi bapak yang saya tidak kenal itu datang di saat saya mengamati gedung Lawang Sewu,” jawab Marta.

Di Tangerang, Marta belajar berdagang dari tantenya dan sukses. Ia bersyukur kepada Sang Pencipta. Tiap dia pulang ke Semarang, selalu menyempatkan diri ke Lawang Sewu.

Kesedihan dan kemarahan Marta karena difitnah dengan sebutan ciblek Lawang Sewu kini berubah jadi perasaan jenaka di hatinya, bahkan ia bersyukur karena fitnahan itu.

"Saya malah bungah (gembira) dan ngguyu (tertawa) bila sekarang dipanggil Marta ciblek Lawang Sewu. Tulis saja judulnya begitu. Karena saya sukes berkat saya tahan melek (buka mata) sejak kecil,” begitulah kisah “Marta, Ciblek Lawang Sewu”.


Saran Staf Khusus Presiden

Setelah berkeliling di gedung bertingkat tiga itu saya bertemu dengan anggota Tim Komunikasi Istana Presiden Joko Widodo, Ari Dwipayana, di sebuah hotel tidak jauh dari Lawang Sewu.

Saya ceritakan kisah Marta ciblek Lawang Sewu ini kepada staf khusus Presiden Joko Widodo asal Bali itu. “Itu bagus untuk ditulis. Ini kisah inspiratif dan bagus untuk Lawang Sewu sebagai ikon pariwisata Jawa Tengah, ” kata Ari Dwipayana.

Gedung Lawang Sewu adalah warisan sejarah dari sekitar lebih dari 100 tahun lalu. Marta, salah satu pewaris rejeki dari Lawang Sewu.

Marta hanya tidak tahu persis sejarah Lawang Sewu. Ia hanya tahu gedung itu kantor kereta api Belanda di masa lalu. Ia juga tahu gedung itu disebut Lawang Sewu, karena banyak sekali lubang pintunya, walau jumlah persisnya tidak sampai seribu.

Pemerintah Indonesia saat ini berjuang membuat Indonesia jadi tempat yang diburu oleh para turis di dunia. Lawang Sewu sudah ditetapkan sebagai situs budaya yang dilindungi, untuk objek turisme.

Pemerintah Indonesia menginginkan rezeki warisan Lawang Sewu. Presiden Joko Widodo pernah mengatakan, Menteri Pariwisata Arief Yahya minta anggaran promosi pariwisata Indonesia Rp 7 trilun. Sebelumnya Rp 1 triliun.

“Enggak apa-apa sebenarnya, tapi pertanyaannya, produknya sudah siap belum, saya lihat destinasinya belum siap,” kata Jokowi di Jakarta, Senin malam, 11 Frebuari 2019 lalu dalam acara Gala Dinner peringatan ulang tahun ke-50 Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com