Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Kantin Mem di USU, Murah Meriah dan Tempat Makan Sebelum Demo

Kompas.com - 02/09/2019, 09:29 WIB
Dewantoro,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Angin semilir di sebuah warung makan di Jalan Perpustakaan di Universitas Sumatera Utara (USU), Sumatera Utara, terasa begitu sejuk.

Sejumlah mahasiswa dan mahasiswi duduk hampir memenuhi semua kursi, menyantap makan siang.

Warung makan ini dikenal dengan nama Kantin Mem. Lokasinya berada di sebelah Puslit SDAL, Pusat Jasa Ketenagakerjaan. Berdekatan dengan Fakultas Ilmu Budaya USU.

Pemilik kantin, Ermiyati (63) menyapa dengan ramah. Sebotol air mineral diletakkannya di meja.

"Dan ini, silakan diminum. Di sini manis dingin harganya Rp 2.000 saja," kata Ermiyati memulai cerita.

Baca juga: Kantin Mbok Jum, Warung Makan Legendaris di Kampus UNS Solo

Kepada Kompas.com, ibu dari empat anak ini bercerita, dulunya dia merupakan pegawai kantor di USU sejak tahun 1982. Pada tahun 1995, Ermi mengalami musibah, rumahnya terbakar.

Sejak saat itu dia dia aktif di dharma wanita. Ada beberapa kegiatan dan salah satunya adalah dia diminta untuk mengelola sebuah ruangan untuk berjualan.

"Saya buka kantin itu sejak 1997. Saat itu menjelang krisis moneter dan zaman banyaknya demo-demo menjatuhkan Soeharto," katanya, beberapa waktu lalu.

Dijelaskannya, Kantin Mem sudah tiga kali berpindah. Pertama kali 1997 berada di depan mushala. Kemudian pindah bergeser ke gedung sebelahnya pada tahun 2013.

Di tempat saat ini, sudah ditempati sejak 2018.

"Pindah-pindah itu karena ada renovasi, dibuat jadi ruang kelas dan lainnya lah," ujar Ermiyati.

Namun demikian, Kantin Mem tetap menjadi pilihan banyak mahasiswa USU. Tidak hanya dari FIB, bahkan dari fakultas lain juga menjadi pelanggan tetap di kantin ini.

Orang-orang penting di Kota Medan, kata dia, semasa kuliah juga pernah menjadi pelanggan di sini.

"Ada Yulhasni, yang sekarang di KPU Sumut itu, ada juga Agus Mulia yang sekarang di Balai Bahasa Indonesia (BBI), ada lagi Parulian, banyak lagi lah," katanya.

Dalam berjualan dengan pembeli mayoritas mahasiswa, Ermiyati tak pernah menargetkan hasil.

Berapapun penghasilan setiap hari, dibagikan kepada pekerja yang sudah dianggapnya sebagai saudara. Selebihnya dibelanjakan untuk bahan-bahan masakan keesokan hari.

Menurutnya, menu yang disajikan pun sebenarnya biasa saja. Tak beda dengan rumah makan lainnya.

Bedanya, Ermiyati memberi harga yang bersahabat untuk mahasiswa. Misalnya, untuk nasi putih hanya Rp 6.000, teh manis dingin Rp 2.000, aneka kue seperti bakwan dan pisang goreng Rp 500, air mineral Rp3.000, dan lainnya.

Ermiyati mengatakan, tidak menghitung keuntungan dan kerugian adalah lebih baik. Dia mencontohkan, pernah ada seseorang yang datang mengaku dulunya pelanggan kantin dan kemudian memberikan sejumlah uang. Namun, Ermiyati menolaknya.

"Tapi dia bilang, sudah lah Bu. Mungkin dulu ada makan kue yang belum dikerah. Saya tolak dan mengembalikannya, tapi dia tak mau. Katanya dia mahasiswa lama yang dulu sering ke sini," katanya.

Baca juga: Atmi Tak Menyangka Kepergian Anaknya ke Warung Jadi Perjumpaan Terakhir...

Menurut Ermiyati dengan harga semurah itu, orang akan berpikir dua kali untuk tidak membayar.

Lalu untungnya berapa, yang jelas, Ermiyati bisa mempekerjakan enam orang dan ada beberapa orang lagi untuk membantu.

"Anak saya juga ada yang jadi dosen, ya dari sini biayanya," katanya.

Lama bergaul dengan mahasiswa, dia pun sangat paham dengan beragam karakter. Ada perbedaan antara mahasiswa dulu dan sekarang.

Mahasiswa dulu, di waktu senggang mengisi waktu dengan buku. Mahasiswa sekarang, kata dia, sudah lebih banyak menghabiskan waktu dengan gadget.

"Sejak ada si Samsung dan si Sony, kebiasaan orang memang berubah," ujar nenek dari 10 cucu ini.

Ermiyati berharap di masa tuanya ini dia bisa berbuat hal yang bermanfaat bagi banyak orang.

"Mau mengembangkan diri, bagaimana lah usia sudah segini. Yang penting berbuat yang positif dan badan pun sehat walafiat saja lah," katanya.

Rahmad, mahasiswa Fakultas Teknik USU yang baru saja makan siang di Kantin Mem mengatakan, kantin ini direkomendasikan oleh seniornya karena murah meriah dan enak.

"Banyak senior saya yang dulu sering makan di sini. Banyak sejarahnya dengan Mem (panggilan mahasiswa kepada Ermiyati). Tak sekedar untuk makan dan minum saja, bahkan mau demo dulu, makan atau kumpulnya di sini," katanya.

Widy, seorang mahasiswa FIB jurusan ilmu sejarah mengatakan, Kantin Mem menjadi pilihan karena kantin ini paling murah dan paling lengkap di USU. 

"Bagusnya lagi, di sini makanannya terjamin untuk kesehatan mahasiswa. Masak hari ini, habis hari ini, besok masak lagi," katanya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com