Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perajin dan Pemusik Sasando, Menangis Saat Pertama Kali Terima Bantuan

Kompas.com - 29/08/2019, 07:00 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

"Tadi waktu kasih turun mesin di sini, saya terharu dan saya cari tempat untuk menangis. Tadi ada karyawan saya yang tanya kenapa menangis, saya bilang terharu bukan karena sedih, tapi bahagia," ujar Djitron, saat diwawancarai Kompas.com, Selasa sore.

Djitron pun bersyukur, karena akhirnya bisa memiliki peralatan modern setelah puluhan tahun bekerja memproduksi Sasando dengan peralatan manual yang sederhana.

Djitron mengakui bahwa jika menggunakan peralatan sederhana, pembuatan satu buah Sasando memakan waktu lama, sehingga banyak pesanan dari para pembeli terpaksa ditolak.

Menurut Djitron, peminat alat musik Sasando bukan hanya dari dalam negeri saja, tapi juga dari luar negeri seperti Asia, Eropa dan Amerika.

"Kalau menggunakan peralatan sederhana, produksinya sangat lambat. Malah banyak pesanan yang kita tidak bisa terima, karena berhubung waktu," kata Djitron.

Djitron mencontohkan, jika menggunakan peralatan sederhana, dalam seminggu hanya bisa produksi satu sasando berukuran besar.

Namun, jika menggunakan alat yang baru ini, dia optimistis bisa memproduksi lima sampai enam Sasando dalam sepekan.

"Kita akan produksi mulai dari souvenir hingga Sasando ukuran besar. Sasando yang kita produksi ini ada 15 bentuk atau ukuran,"sebut Djitron yang sudah berkeliling dunia dengan bermain Sasando.

Untuk suvenir kata Djitron, dijual mulai Rp 25.000 hingga ratusan ribu rupiah. Sedangkan, alat musik Sasando, dijual mulai dari Rp 2,5 juta hingga Rp 15 juta.

Menurut Djitron, selama ini ia belum pernah mendapat perhatian dari pemerintah daerah.

Salah satu bantuan yang dibutuhkan adalah peralatan modern untuk membuat Sasando.

Meski begitu, Djitron tetap yakin usaha yang digelutinya bisa berhasil dan meningkatkan kehidupan ekonomi.

Djitron pun berharap, usaha pembuatan Sasando ini bisa juga diproduksi oleh banyak orang, sehingga Sasando bisa dikenal luas.

"Saya ingin Sasando bisa mendunia seperti gitar," kata Djitron.

Dosen Politeknik Negeri Kupang Melsiani R F Saduk mengatakan, bantuan ini merupakan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com