Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

9 Penelitian oleh Anak Muda di Indonesia, Robot Pendeteksi Gempa hingga Kotak Bekal Tenaga Surya (1)

Kompas.com - 14/08/2019, 06:51 WIB
Rachmawati

Editor

Robot pendeteksi gempa tersebut dilengkapi teknologi hybrid sehingga mampu bergerak dengan roda dan berjalan dengan kaki.

Hal ini juga membuat robot pendeteksi gempa dapat digunakan dalam lingkungan industri maupun lingkungan alam seperti goa, tanah, dan jalan berbatu.

“Produk ini merupakan prototype yang masih akan kami kembangkan. Masih banyak hal yang harus dicoba seperti pengaplikasian feedback control, image recognition, GPS, serta proses pembuatan produk yang lebih dapat diandalkan,” jelas Christiand pembimbing Prodi Teknik Mesin Unika Atma Jaya.

Penelitian ini telah menghabiskan biaya Rp 15 juta belum termasuk penggunaan listrik, air, dan bensin. Harapannya, robot ini akan berguna untuk memberikan peringatan dini gempa bumi di Indonesia.

Baca juga: Bak Spiderman, Inovasi Robot Pendeteksi Gempa Mahasiswa Atma Jaya

 

5. Kembangkan "Nanobubble" untuk reaktor nuklir

Tiga mahasiswa Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Padjadjaran ( Unpad) mengembangkan sistem pendingin pasif pada reaktor nuklir.

Intan Farwati, Try Hutomo, dan Rosaldi Pratama melakukan penelitian tersebut bekerja sama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional ( Batan) melalui pengembangan sistem pendingin dengan memanfaatkan material gelembung berisi gas dengan berukuran nano.

Material ini disebut sebagai nanobubble.

Try Hutomo mengatakan penelitian ini berawal saat dia magang di Batan selama satu bulan. Setelah mengenal alat pendingin itu, dia berpikir untuk menggabungkan riset bersama dosennya dan peneliti dari Batan.

“Akhirnya saya bersama dosen saya Prof Made dan Dr Cukup berdiskusi bersama peneliti Batan Dr Mulya Juarsa untuk meneliti lebih lanjut karena melihat kemampuan nanobubble dapat menahan panas dan membuat massa jenis ringan,” kata Try saat dihubungi Kompas.com, Senin (15/7/2019).

Dia menuturkan, tujuan dari penelitian ini untuk melihat karakteristik panas dari nanobubble di dalam alat sistem pendingin pasif. Karakteristik itu mulai dari kapasitas menahan panas, massa jenis, dan kecepatan alirannya.

Baca juga: Prestasi Mahasiswa Unpad, Kembangkan Nanobubble untuk Reaktor Nuklir

 

6. Ciptakan pasta gigi dari bekicot

Tiga mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Banyumas, Jawa Tengah berhasil temukan gel pasta gigi pencegah karies dari lendir bekicot, Selasa (9/7/2019).Dok. Humas UMP Tiga mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Banyumas, Jawa Tengah berhasil temukan gel pasta gigi pencegah karies dari lendir bekicot, Selasa (9/7/2019).
Tiga mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah berhasil menemukan pasta gigi dari hewan bekicot (Achatina fulica).

Pasta gigi yang diberi nama 'Gelecot Toothpaste' ini dikatakan mampu mencegah karies gigi pada anak-anak maupun orang dewasa.

Ketiga mahasiswa penemu pasta gigi bekicot tersebut yakni Nofita Fitri Kurniasih, Rahma Fauzia Madaningrum dan Nurvidian Khasanah.

Ketua Kelompok Peneliti Bekicot Tim PKM-PE Nofita Fitri Kurniasih, Selasa (9/7/2019) mengatakan, bagian dari bekicot yang mereka jadikan bahan observasi adalah lendir.

Menurut dia, di dalam lendir hewan bertubuh lunak atau molusca itu terkandung protein bernama achasin yang dapat menjadi reseptor pengikat protein (enzim) bakteri.

“Kandungan protein achasin dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans penyebab karies gigi,” katanya.

Baca juga: Mahasiswa UMP Ciptakan Pasta Gigi dari Lendir Bekicot, Bagaimana Rasanya?

 

7. Alat penepis embun upas

Mahasiswa UGM yang membuat alat irigasi otomatis untuk mengurangi embun upas.Kholis M Mahasiswa UGM yang membuat alat irigasi otomatis untuk mengurangi embun upas.
Empat mahasiswa Universitas Gadjah Mada ( UGM) Yogyakarta menciptakan sebuah alat irigasi penepis embun upas yang biasanya muncul di dataran tinggi.

Mahasiswa angkatan 2017 itu terdiri dari Kholishotul Ma'rifah, Setyawati, Denis Tio Yudhistira (Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem) dan Muhammad Fiqi Rohman (Elektronika dan instrumentasi).

Kholis dan ketiga temannya melakukan penelitian di daerah Tamansari, Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Kholis menceritakan, timnya sepakat membuat alat yang dapat membantu petani di dataran tinggi untuk mengurangi risiko kerugian, karena embun upas yang mengenai tanaman dapat menyebabkan gagal panen.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com