Bajakah! Begitu orang menyebut tumbuhan ini.
Tumbuhan ini hanya hidup di hutan. Untuk mendapatkannya, kita harus masuk ke bagian dalam hutan.
Tak puas di laboratorium, saya bergegas menuju hutan yang berjarak sekitar 2 jam perjalanan dari Kota Palangkaraya.
Saya diantar oleh seorang guru dan 2 siswi penerima penghargaan.
Sang guru memberi catatan, saya tak boleh memberi tahu di mana hutan itu berada.
Setelah melewati jalur Trans-Kalimantan, saya dan tim AIMAN mulai masuk hutan menggunakan mobil.
Beberapa menit perjalanan di dalam hutan, kami tiba di lokasi yang tidak bisa lagi dilalui mobil.
Kami pun turun berjalan kaki selama beberapa menit dan tiba di sebuah tempat di tengah hutan di antara lahan gambut dengan air yang berwarna khas, coklat namun jernih, mirip warna minuman ringan ternama.
Di sinilah saya pertama kali melihat dan menemukan pohon yang dikatakan langka ini. Lagi-lagi sepintas pohon ini seperti pohon biasa, sulit dibedakan dengan tanaman lain.
Bedanya, pohon ini tumbuh dengan cara merambat meski memiliki batang yang kuat dan cukup besar.
Ia bisa merambat pada ketinggian 5 meter lebih hingga ke puncak pohon lain yang dirambatinya.
Akarnya menghujam di dasar aliran air lahan gambut.
Satu hal lagi yang saya dapatkan, tumbuhan ini hanya hidup di lokasi rimbun di mana sinar matahari tak banyak masuk, tertutup rimbunnya hutan.
Bagaimanakah kisah awal penemuan khasiat tumbuhan ini?
Adalah Daldin, warga suku Dayak asli di Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, yang menyampaikan pertama kali. Ia pula yang memberi nama tumbuhan ini.