Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita di Balik Niat Sujud di Tanah Suci, Simpan Uang di Koper hingga Menabung 30 Tahun

Kompas.com - 10/07/2019, 13:58 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Sejumlah calon haji harus berjuang memeras keringat dan menunggu bertahun-tahun untuk bisa berangkat menunaikan ibadah haji di tanah suci Mekkah.

Salah satunya Tri Darini (53), penjual kerupuk asal Dukuh Kenangan, Desa Sribit, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, harus menabung selama 28 tahun.

Lalu seorang pencari rumput laut asal Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara, La Baua (69), akhirnya dapat menunaikan ibadah haji di tahun ini, setelah 30 tahun menabung.

Berikut ini sejumlah cerita perjuangan calon jemaah haji di sejumlah daerah:

1. Menabung 30 tahun dari jualan rumput laut

Setelah menabung sekitar 30 tahun, seorang petani rumput laut di Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara, La Baua (69), akhirnya dapat menunaikan ibadah haji di tahun ini. La Baua bersama Istrinya, Maria, mengambil koper haji di Kantor Kementrian Agama Buton Tengah, Selasa (9/7/2019) siang. DEFRIATNO NEKE Setelah menabung sekitar 30 tahun, seorang petani rumput laut di Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara, La Baua (69), akhirnya dapat menunaikan ibadah haji di tahun ini. La Baua bersama Istrinya, Maria, mengambil koper haji di Kantor Kementrian Agama Buton Tengah, Selasa (9/7/2019) siang.

Saat ditemui di rumahnya di Desa Wara, Kecamatan Lakudo, kabupaten Buton Tengah, Selasa (9/7/2019), La Baua yang ditemani istrinya, Maria, menuturkan, kurang lebih 30 tahun yang lalu ia punya niat yang kuat untuk mulai menabung untuk naik haji.

Sejak saat itu dirinya dan istrinya mencoba menyisihkan penghasilannya untuk mewujudkan impian mereka.

“Itu sudah lama (menabung) sudah 30 tahun lebih. Sedikit-sedikit yang ada saja kami tabung dulu di rumah, setelah itu, kami tabung di bank,” kata La Baua, Selasa (9/7/2019).

Untuk memenuhi tambahan uang hajinya, selain hasil menjual rumput laut atau ikan, lelaki tua ini juga menjadi ojek perahu dengan menerima penumpang yang turun dari kapal dan membawa penumpang tersebut ke daratan.

“Kalau ada uang, kami tambah lagi kasih masuk lagi di bank, sedikit-sedikit. Saat sudah ada Rp 51 juta, kami mulai mendaftarkan haji berdua,” ujar dia dengan wajah gembira.

Baca juga: Setelah Menabung 30 Tahun, Petani Rumput Laut Akhirnya Naik Haji Bersama Istri

2. Penjual kerupuk sisihkan hasil jualan kerupuk selama 28 tahun

Tri Darini (53), penjual kerupuk asal Dukuh Kenangan RT 003, RW 004, Desa Sribit, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah naik haji setelah 28 tahun mengumpulkan uang, Jumat (5/7/2019).KOMPAS.com/LABIB ZAMANI Tri Darini (53), penjual kerupuk asal Dukuh Kenangan RT 003, RW 004, Desa Sribit, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah naik haji setelah 28 tahun mengumpulkan uang, Jumat (5/7/2019).

Tri Darini akhirnya bersyukur setelah tahun ini bisa menunaikan ibadah haji tahun.

Perjuangan selama 28 tahun menyisihkan setiap hari berjualan kerupuk tak sia-sia.

"Tiap hari saya mengumpulkan uang Rp 5000. Setelah sebulan terkumpul uangnya saya bawa ke bank untuk ditabung," kata Darini ditemui Kompas.com di rumahnya, Jumat (5/7/2019).

Setelah uangnya terkumpul hingga Rp 25 juta, Tri memberanikan diri mendaftar agar bisa berangkat haji pada 2011 lalu.

Dia terus melanjutkan kebiasaannya menabung untuk melunasi biaya haji sebesar Rp 36 juta per orang.

Baca juga: 5 Fakta Penjual Kerupuk Naik Haji, Menunggu 28 Tahun hingga Wujudkan Wasiat Bapak

3. Penjual sayur sisihkan Rp 10.000 selama 8 tahun

Marliah (63), pedagang sayur keliling atau bakul lijo asal Desa Balongbesuk, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, saat ditemui di tengah aktifitasnya, Senin (8/7/2019) pagi. Pada 23 Juli 2019, dia dijadwalkan berangkat haji melalui embarkasi Surabaya.KOMPAS.com/MOH. SYAFIÍ Marliah (63), pedagang sayur keliling atau bakul lijo asal Desa Balongbesuk, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, saat ditemui di tengah aktifitasnya, Senin (8/7/2019) pagi. Pada 23 Juli 2019, dia dijadwalkan berangkat haji melalui embarkasi Surabaya.

Pada musim haji tahun ini, pedagang sayur keliling atau 'bakul lijo' itu terdaftar sebagai calon jamaah haji yang akan berangkat pada 23 Juli 2019, dari embarkasi Surabaya.

Marliah adalah warga Desa Balongbesuk, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Ibu dua anak ini mengaku jika menjalankan ibadah haji merupakan cita-citanya sejak kecil.

"Sejak kecil saya ingin naik haji, sejak kelas 3 MI (Madrasah Ibtidaiyah)," katanya saat ditemui Kompas.com, di sela-sela kegiatannya berjualan sayur keliling, Senin (8/7/2019).

Marliah mengatakan, dia mendaftar haji pada tahun 2011 diantarkan oleh anak perempuannya. Sejak saat itu dirinya rutin menabung untuk biaya haji.

"Nabung setiap hari Rp 10.000, mulai tahun 2011. Setiap hari (penghasilan) saya sisihkan untuk tabungan (haji) itu," ungkapnya.

Baca juga: Kisah Pedagang Sayur Keliling, Naik Haji Setelah 8 Tahun Sisihkan Penghasilan

4. Menabung sejak 1965, pasangan kakek-nenek ini berangkat haji

Haki bersama istrinya Satuni saat ditemui di rumahnya di Jodipan Wetan gang 1 Kota Malang, Selasa (9/7/2019)ANDI HARTIK Haki bersama istrinya Satuni saat ditemui di rumahnya di Jodipan Wetan gang 1 Kota Malang, Selasa (9/7/2019)

Haki (92) dan Satuni (72), warga Jodipan Wetan, Gang 1 Kota Malang, Jawa Timur, Selasa (9/7/2019) akan berangkat menunaikan ibadah haji. Dengan usianya yang sudah 92 tahun, Haki menjadi jemaah tertua di Kota Malang.

"Dari dulu sudah ingin naik haji," katanya saat berbincang dengan Kompas.com di kediamannya, Selasa.

Perjuangan Haki untuk menginjakkan kaki ke tanah suci tidak mudah. Haki yang merupakan pedagang kaki lima sejak 1965, sedikit demi sedikit menyisihkan penghasilannya.

Saat itu, Haki berjualan jaket dan berbagai jenis pakaian. Sebuah pekerjaan yang ditekuninya hingga saat ini. Biasanya, Haki berjualan di Pasar Nongkojajar, Kabupaten Pasuruan dan di Pakis Kabupaten Malang.

Haki pun menyakinkan diri untuk rutin menabung. Biasanya, ia menyisihkan penghasilannya ke dalam sebuah koper yang disimpan di rumahnya.

"Menabung di rumah mulai tahun 1965. Kalau dagangan laku, disisihin," ujarnya.

Baca juga: Menabung Sejak 1965, Kakek 92 Tahun dan Istrinya Akhirnya Berangkat Haji

5. Penjual rujak naik haji usai tabung selama 7 tahun 

Aktifitas Sahyun calon jamaah haji, saat berjualan rujak di taman Selong, Lombok TimurKOMPAS.com/IDHAM KHALID Aktifitas Sahyun calon jamaah haji, saat berjualan rujak di taman Selong, Lombok Timur

Pasangan suami istri lansia, Sahyun (75) dan Kaiah (71), asal Kelurahan Selong, RT 013, Kecamatan Selong, Lombok Timur, Nusa Tengga Barat, merasa bersyukur dan berbahagia karena tahun ini.

Pasalnya, hasil tabungan mereka selama 7 tahun telah cukup untuk memberangkatkan mereka ke tanah suci Mekkah.

Saat ditemui di rumahnya yang sederhana di kota Selong, Sahyun menyebutkan, Sahyun tak menduga akan dipanggil namanya bersama istri untuk menunaikan ibadah haji tahun ini.

“Saya tak menyangka kalau saya akan dipanggil namanya untuk pergi haji. Ini seperti mimpi, mungkin karena memang sudah takdir saya juga,” ungkap Sahyun saat ditemui Kompas.com, Kamis (4/7/2019). Selama 7 tahun sudah Sahyu berjualan rujak buah.

Dia selalu berusaha untuk menabung walau jumlahnya kecil, hanya Rp 5.000 per hari, dan berharap suatu saat nanti, tabungan itu bisa untuk menunaikan ibadah haji.

Baca juga: Kisah Penjual Rujak Naik Haji: Nabung Rp 5.000 Per Hari, Serasa Mimpi Namanya Dipanggil

Sumber: KOMPAS.com (Andi Hartik, Moh. Syafií, Rachmawati, Defriatno Neke)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com