Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisnis Cuci Film Bertahan di Zaman Digital, Pelanggan Mayoritas Anak Muda yang Penasaran

Kompas.com - 10/07/2019, 07:37 WIB
Reni Susanti,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com – Bagi orang yang lahir tahun 1980-an ke atas, roll film bukanlah barang asing. Begitu pun proses cuci cetak film untuk menghasilkan selembar foto yang didamba.

Namun, berkembangnya teknologi membuat film jarang terlihat. Orang lebih banyak membawa kamera digital bahkan ponsel pintar yang super canggih.

Era disrupsi ini pun membuat produsen roll film mengurangi produksi, bahkan ada pula yang tutup. Lantas, apakah bisnis tersebut mati? Jawabannya tidak.

Seperti yang terjadi pada Hipercat Lab. Hingga kini, perusahaan cuci film ini tetap bertahan dan digemari.

Setidaknya itulah yang tampak dari kantornya di Jalan Jendral Sudirman, Gang Madniah 12A/75 Bandung. Meski berada di dalam gang dan mendekati jam tutup, Rabu (26/6/2019), pelanggan berdatangan.

Ada yang mengambil pesanan, membeli roll film, mencuci film, atau sekadar bertanya soal kamera analog.

“Tren kamera analog 2-3 tahun belakangan ini makin besar. Ada yang hobi, serius, atau kerjaan (profesional) di analog,” ujar pemilik Hipercat Lab, Muhammad Fajar Hidayat (33), kepada Kompas.com.

Baca juga: [POPULER NUSANTARA] Penolak Dolly Ditutup Sukses Jadi Pengusaha Tempe | Setya Novanto Diawasi 350 Kamera CCTV di Gunung Sindur

Kembali trennya kamera analog berimbas positif pada bisnisnya. Dalam sehari, ia bisa menjual 20-an roll film jika sepi. Namun jika sedang ramai seperti mau Lebaran, tahun baru, ataupun liburan sekolah, penjualan lebih dari 50 roll sehari.

Begitupun dengan cuci pindai film. Seusai Lebaran dan liburan, biasanya pelanggan yang datang ke tempatnya lebih ramai.

Mereka yang datang kebanyakan anak muda berusia 15-25 tahun. Rasa penasaran anak muda terhadap analog inilah yang membuat bisnis ini kembali menggeliat. Itu pula yang membuat bisnis lab cuci scan saat ini bermunculan.

“Ada sensasi yang beda saat menggunakan kamera analog, berbeda dengan kamera digital. Nah, generasi sekarang, belum mengenal analog dan penasaran. Makanya pasar tertinggi berusia 15-25 tahun, kemudian 25-35 tahun,” tuturnya.

Alasan analog digemari

Pria kelahiran Hulu Sungai Utara, 31 Januari 1986, ini menceritakan, ada beberapa alasan analog kembali digemari.

Pertama, kamera analog ataupun roll film banyak macamnya dan unik-unik sehingga menghasilkan warna dan tone yang berbeda.

Kedua, ada sensasi unik, karena hasil gambar tidak bisa langsung dilihat. Ketiga, faktor sosial media terutama artis dan influencer yang kerap memosting soal analog.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com