Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisnis Cuci Film Bertahan di Zaman Digital, Pelanggan Mayoritas Anak Muda yang Penasaran

Kompas.com - 10/07/2019, 07:37 WIB
Reni Susanti,
Farid Assifa

Tim Redaksi

“Untuk roll film, konsumen biasanya beli via online. Sedangkan cuci film langsung datang ke sini,” ucapnya.

Namun berbeda dengan yang zaman dulu yang dikenal dengan cuci cetak. Kali ini lab-lab yang ada di Bandung lebih ke cuci scan, sehingga hasilnya tetap digital.

Hobi yang Dibayar

Pertumbuhan bisnisnya yang positif tidak diraihnya dengan mudah. Awal-awal Hipercat Lab didirikan, ia harus jatuh bangun.

Fajar menceritakan, bisnisnya bermula dari rasa cintanya pada dunia fotografi yang dimulai tahun 2009 saat lulus dari Universitas Hassanudin (Unhas) Makassar.

Tahun 2010, ia kemudian membangun bisnisnya dengan menggunakan nama sendiri. Ia lalu banyak berlajar dari forum kaskus mengenai kamera, film, hingga proses.

Dari kaskus juga ia mendapatkan job-job pertamanya untuk jasa cuci film. Tak lama kemudian ia pindah ke Bandung dan membangun Hipercat Lab.

Nama Hipercat Lab diambil dari kondisi sekeliling labnya yang banyak kucing liar. Di awal-awal, bisnisnya belum terlalu menjanjikan.

Namun karena hobi dan bisnisnya bukan semata-mata karena uang, ia tetap menjalankannya. Hingga akhirnya 3 tahun terakhir ini analog kembali booming, pelanggannya pun semakin meningkat, terutama dari luar Bandung.

“Kunci sukses usaha saya, kerjakan apa yang menjadi passion kita. Kalau soal harga, itu bersaing di kisaran Rp 45.000-50.000 per roll,” ucap suami dari Nia Purnamasari ini menjelaskan.

Untuk mengembangkan bisnisnya, ia pun membebaskan pelanggannya untuk konsultasi atau pun belajar soal kamera analog.

“Itu kelebihan dari Hipercat Lab, akun IG, WA, semua dipegang saya. Jadi kalau ada yang ingin konsultasi bisa langsung saya balas,” tuturnya.

Baca juga: Rafdi, Anak Wakil Wali Kota Tidore Kerap Dicemooh karena Jadi Kuli Bangunan

Caranya tersebut efektif. Dari beberapa pelanggan yang datang, mereka belajar cara memasukkan film, memaksimalkan kamera analog, dan laonnya.

Ke depan ia berharap bisa memiliki toko yang lebih representatif seperti di Braga. Ia pun kini tengah mengembangkan bisnis merchandise yang berhubungan dengan fotografi. Harganya berkisar antara Rp 15.000-150.000. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com