Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Saat Petugas Berjibaku di Tengah Kabut Asap Karhutla

Kompas.com - 04/07/2019, 14:47 WIB
Idon Tanjung,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

PEKANBARU, KOMPAS.com - Asap pekat masih menyelimuti kawasan hutan di Desa Teluk Bano II, Kecamatan Pekaitan, Kabupaten Rokan Hilir, Riau, Rabu (3/7/2019).

Saat api sedang mengamuk membakar lahan kering, sejumlah petugas kepolisian dan TNI berjibaku melakukan pemadaman. Upaya yang dilakukan tidak mudah, bahkan cenderung berbahaya.

Di tengah pemadaman, angin kencang tiba-tiba bertiup ke arah barat. Kepulan asap hitam dan putih langsung menyelimuti empat orang petugas yang memegang selang air.

Namun, di tengah pekatnya asap, petugas berseragam dinas cokelat dan loreng itu tetap bertahan. Dari kejauhan, mereka sayup-sayup terlihat.

Baca juga: 5 Fakta Karhutla di Sumatera, Terdeteksi 59 Titik Panas hingga Terbanyak di Riau, 27 titik

Keterbatasan alat

Petugas di sini hanya mengandalkan satu unit mesin pompa air, karena peralatan yang  terbatas. Itu pun ukurannya kecil dan kurang bertenaga.

Ditambah lagi, sumber air terbatas di dekat lokasi kebakaran. Hal ini membuat semprotan air ke arah api sangat kecil dan sulit memadamkan api yang berkobar. Sesekali, selang yang digunakan juga tersumbat akibat lumpur parit.

Untungnya, pemadaman dibantu satu unit helikopter dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), yang melakukan water bombing.

Tetapi, pemadaman lewat udara bukannya tanpa hambatan. Sesekali, pilot helikopter juga terlihat kesulitan mengarahkan bucket air ke arah titik api, karena asap membumbung tinggi ke udara.

Tak lama setelah itu, petugas kepolisian dari jajaran Polres Rohil dan TNI Kodim 0321/Rohil menggunakan waktu untuk berhenti sejenak. Mata mereka terlihat merah berair akibat asap, meski menggunakan kacamata dan masker penutup wajah.

"Kabut asap sangat tebal di lokasi. Ini menjadi salah satu kesulitan kita memadamkan api," ujar Kapolsek Bangko Kompol Sasli Rais saat berbincang dengan Kompas.com, Kamis (4/7/2019).

Baca juga: Puncak Kemarau Agustus, Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan NTT Potensi Karhutla

Sasli menjadi salah satu petugas yang diselimuti asap tebal saat pemadaman. Saat itu Sasli bersama Wadanramil 01/Bangko Lettu Inf Tayung dan dua orang petugas kepolisian Polres Rohil.

"Kami empat orang memegang satu selang, sedang berusaha memadamkan api. Tiba-tiba kabut asap sangat tebal mengarah ke kami. Situasi sudah gelap. Tapi untung tak berlangsung lama," kata Sasli.

Menurut Sasli, kebakaran lahan ini sudah berlangsung empat hari. Api masih sangat sulit dikuasai karena lahan yang terbakar di lahan gambut. Sebagian lahan sudah ditanami sawit dan sebagian terdapat semak belukar yang kering akibat kemarau.

"Lahannya mudah terbakar. Banyak ilalang yang kering. Saat ini luas kebakaran sekitar 50 hektar," kata Sasli.

Tingkatkan upaya

Menurut Sasli, pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak PT Jatim Jaya Perkasa untuk bersama-sama memadamkan api. Namun, perusahaan kebun sawit tersebut lambat merespon, sehingga kebakaran cepat meluas.

"Kita harap perusahaan secara bersama-sama menanggulangi kebakaran lahan ini. Sesuai perjanjian dengan Polda Riau beberapa waktu lalu, perusahaan harus membantu pemadaman pada radius lima kilometer," kata Sasli.

Kesulitan memadamkan api juga diakui Wakil Komandan Koramil 01/Bangko Lettu Inf Tayung.

"Ya, memadamkan api digambut tidak gampang. Tapi upaya kita, api yang ada di dalam gambut harus benar-benar padam total," ujar Tayung.

Untuk mencegah meluasnya api, menurut Tayung, petugas gabungan berupaya membuat sekat bakar dengan peralatan seadanya. Sebab, untuk membuat sekat bakar harus menggunakan alat berat seperti eskavator.

"Kita perlatan minim. Mesin pompa air terbatas, dan alat pembuatan embung juga tidak ada. Jadi kita harap semua pihak memperhatikan kondisi kita di lapangan ini," kata Tayung.

Meski demikian, menurut Tayung, upaya pemadaman akan terus dilakukan dengan sekuat tenaga.

"Kami akan berupaya maksimal. Saat ini, tim pemadam dari kepolisian, TNI, BPBD, Satpol PP, aparat desa dan juga dibantu sejumlah masyarakat," sebut Tayung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com