MANADO, KOMPAS.com - Awal bulan Juli 2019, wilayah Manado memasuki musim kemarau dan angin kencang.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, musim kemarau yang terjadi karena pengaruh daerah tekanan rendah di timur Filipina yang menyebabkan massa udara bergerak ke arah tekanan rendah tersebut sehingga terjadi cuaca panas di wilayah Manado.
Baca juga: Musim Kemarau Lebih Cepat, 400 Hektar Sawah di Gunungkidul Kekeringan
Sementara itu, angin kencang yang terjadi merupakan pola musiman dari musim kemarau, yakni angin bertiup dari arah selatan.
"Perbedaan tekanan udara yang cukup signifikan antara wilayah di belahan bumi selatan (Australia) dengan wilayah kita yang menyebabkan angin selatan yang bertiup terjadi cukup kencang," ujar Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Kelas II Sam Ratulangi Manado, Cariz Kainama melalui pesan singkat saat dikonfirmasi wartawan, Minggu (23/6/2019) siang.
Oleh karena itu, ia mengimbau warga untuk berhati-hati karena angin yang terjadi selama musim kemarau bisa kencang walaupun hanya sesaat.
Selain itu, selama musim kemarau, warga diimbau untuk minum yang cukup agar tidak kekurangan cairan.
Baca juga: Tidak Biasanya, Kasus DBD Kini Meningkat di Musim Kemarau
Warga juga diminta tidak membakar sampah sembarangan yang dapat memicu kebakaran.
Menurut Cariz, dimulainya musim kemarau di Sulawesi Utara berbeda di beberapa daerah.
"Ada yang sudah dari bulan Mei, ada yang bulan Juni, dan ada yang bulan Juli khususnya wilayah Manado," kata dia.
Sementara itu, cuaca panas akan terjadi hingga September.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.