Sementara, hal berbeda dialami oleh para sopir angkutan umum, yang harus terjebak hingga terpaksa bermalam di jalur yang dikenal dengan istilah kolam bebek dan kolam pasir ini.
"Kami sudah 3 hari di sini. Makanan sudah tidak ada. Tempat beli makan harus jalan kaki sekitar 3 kilo dengan kondisi jalan berlumpur seperti ini," kata Kama, salah satu sopir.
Selain sudah memakan korban jiwa lantaran lelah berjalan kaki, Minggu (16/6/2019) malam lalu, ada penumpang yang juga pingsan karena lelah berjalan kaki.
Sopir lain, Rahman mengaku, sangat berat melintas ruas jalur itu dengan kondisi jalan berbecek.
Dia tidak terlalu mempersoalkan, namun dia prihatin dengan penumpang ibu-ibu dan membawa anak kecil.
Kerasnya jalur Trans Papua Barat, juga dirasakan langsung oleh 8 wartawan dari media online, koran dan tv.
Bahkan, para jurnalis ini harus ikut berjalan kaki hingga 3 jam lamanya, karena kendaraan yang ditumpangi dari Bintuni-Manokwari tak dapat melewati ruas jalan yang berlumpur.
"Lumpur yang kami lalui dalamnya beragam, dari sebatas betis, lutut, paha hingga pinggang," ujar salah satu wartawan media lokal Manokwari Hendrik Akbar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.