Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Petani Madiun, Sukses Bangun Wisata Watu Rumpuk Setelah Cengkeh Musnah Diserang Virus

Kompas.com - 20/06/2019, 08:31 WIB
Muhlis Al Alawi,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

Setidaknya ada tiga tempat wisata yang dikembangkan yakni Air Terjun Janggu, Bukit Gelar dan Watu Rumpuk.

Lantaran anggaran terbatas, warga bersepakat mengembangkan parawisata alam di Watu Rumpuk dengan modal awal hanya Rp 45 juta pada 2017.

Uang senilai Rp 45 juta itu digunakan untuk membuka lahan dengan gotong royong. Selang setahun kemudian, Pemerintah Desa Mendak menganggarkan dana sebesar Rp 250 juta.

Total anggaran yang sudah dikeluarkan untuk membangun pariwisata di Mendak mencapai Rp 350 juta.

Tak hanya menawarkan wisata pemandangan alam, kata Purwadi, pemerintah desa bersama masyarakat akan mengembangkan wisata water boom yang dibangun mulai tahun ini.

Selain itu, dikembangkan wisata edukasi yang isinya mengenalkan aneka tanaman dan tumbuhan. Sebab, saat ini banyak anak-anak yang dinilai tidak mengenal aneka tanaman dan tumbuhan di sekitarnya.

Baca juga: Cerita Paidi, Mantan Pemulung Beromzet Miliaran Setelah Sukses Tanam Porang

Selain itu, di sisi timur Watur Rumpuk akan dibangun Kampung Tempo Doloe. Kampung itu dibangun untuk mengenang sejarah Desa Mendak yang kala itu rumahnya atapnya dari ilalang, dindingnya dari anyaman bambu dan lantainya dari papan.

“Kami juga akan mengembangkan wisata pendakian ke Gunung Tapak Bimo. Di situ ada situs yang diyakini sebagai telapak kakinya Bimo karena persis telapak kaki manusia dengan panjang 16 meter dan lebar 8 meter," ujar dia.

"Terakhir, kami juga membuat wisata sejarah berupa pendakian ke gua Jepang. Di puncak Gunung Tapak Bimo itu ada gua yang tembus gunung dari arah barat sampai ke arah timur. Di dalamnya ada bungker yang digunakan sebagai tempat persembunyian tentara Jepang kala itu. Jadi, komplit berupa wisata alam murni, wisata edukasi, wisata air, bumi perkemahan dan wisata sejarah dengan luas area mencapai 12,8 hektare,” tambah Purwadi.

Total warga yang terlibat dalam pengelolaan wisata Watu Rumpuk sebanyak 50 orang dan pengelola UMKM mencapai 42 orang.

Sementara, tenaga yang terlibat aktif di wisata ini sebanyak 160 orang yang semuanya berasal dari Desa Mendak.

Menyumbang pendapatan desa

Setelah satu tahun beroperasi, wisata Watu Rumpuk bisa memberikan pendapatan kas pemerintah desa sebulannya Rp 8 juta.

Pendapatan itu didapatkan dari biaya tiket masuk yang jumlah pengunjungnya mencapai seribuan orang setiap harinya.

Pendapatan yang masuk ke desa kemudian modalnya diputar untuk pengembangan lagi sehingga pembangunan wisatanya terus berjalan.

Selain memberdayakan warga bekerja di obyek wisata Watu Rumpuk, pemerintah desa juga menyedikan tempat berjualan aneka makanan dan jajan seperti cokelat, aneka keripik dan aneka dodol yang dikelola mayoritas warga asli Desa Mendak.

Tujuannya, agar hadirnya wisata Watu Rumpuk tak hanya sekadar menyerap pengangguran, tetapi juga memberdayakan pedagang kaki lima.

Dengan demikian, produk buah dan tanaman tidak perlu lagi dipasarkan di kota lantaran di Watu Rumpuk sudah bisa dijual.

Untuk mengenalkan Watu Rumpuk, selain promosi dengan berbagai sarana, pemerintah desa setempat juga menggelar event tahunan dengan mapala, dengan pendakian yang digelar bulan Juni. Selain itu, ada camp accoustik April dan taman coklat.

Terkait akses ke Watu Rumpuk, Purwadi mengakui pihaknya memiliki keterbatasan dalam pembangunan infrastruktur jalan ke lokasi wisata unggulan Kabupaten Madiun tersebut.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com