Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Petani Madiun, Sukses Bangun Wisata Watu Rumpuk Setelah Cengkeh Musnah Diserang Virus

Kompas.com - 20/06/2019, 08:31 WIB
Muhlis Al Alawi,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


MADIUN, KOMPAS.com - Tiga tahun lalu, obyek wisata Watu Rumpuk, Desa Mendak, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun, hanyalah hamparan semak hutan dengan tumpukan bongkahan batu balok-balok besar.

Tidak ada ornamen, tidak ada tempat swafoto khusus hingga taman indah yang dipenuhi dengan bunga warna-warni.

Dua tahun berlalu. Dataran seluas tiga setengah hektare ini kini berubah menjadi taman bunga nan elok dan permai.

Banyak ornamen dan titik-titik yang indah untuk berswafoto dengan latar belakang pemandangan alam.

Tak hanya membuat taman indah dan tempat-tempat berswafoto yang menarik, petani Desa Mendak terus mengembangkan wisata alam itu dari tempat kemah hingga pendakian gunung dan tracking wisata bersejarah.

Inovasi yang dibuat para petani Desa Mendak menjadikan desa itu mendapatkan penghargaan mulai dari desa terbaik kedua hingga wisata alam terbaik ketiga kategori wisata alam di Jawa Timur.

Tak hanya itu, setahun yang lalu, Desa Mendak didapuk sebagai desa tangguh bencana terbaik pertama se-Jawa Timur.

Pengembangan wisata alam oleh para petani di Desa Mendak yang berada di lereng Gunung Wilis bukan tanpa sebab.

Baca juga: Baturraden Masuk 10 Besar Wisata Dataran Tinggi Terpopuler di Indonesia

 

Bencana virus yang hampir memusnahkan habitat cengkeh sebagai pendapatan utama warga membangkitkan semangat petani untuk bertahan hidup.

Sebelum sukses mengelola wisata alam, para petani Desa Mendak yang hidup berbatasan dengan wilayah Kabupaten Ponorogo itu setiap tahunnya mengandalkan pendapatannya dari bertani cengkeh, durian dan manggis.

Tiga komoditi itu menjadi primadona andalan warga mendulang rupiah setiap tahunnya. Bahkan, setiap tahunnya, omzet petani cengkeh di Desa Mendak mencapai Rp 7 miliar.

Maka tak heran, meski berada di daerah pegunungan dan perbukitan yang curam, rumah warga Desa Mendak banyak yang bagus karena sukses bertani dengan mengandalkan sektor cengkeh.

Awal mula bangun wisata alam

Purwadi, petani penggagas wisata Watu Rumpuk menceritakan awal mulanya warga bersama-sama membangun wisata alam yang menjadi banyak tujuan warga Jawa Timur di wilayah selatan satu tahun terakhir itu.

Purwadi yang saat ini menjabat sebagai Ketua Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) Mendak mengatakan semua berawal dari keinginan warga memperbaiki ekonomi para petani cengkeh yang terpuruk setelah tanaman cengkeh semuanya hampir punah terserang virus.

Wisata Watu rumpuk ini kami buat dalam konteks untuk memperbaiki ekonomi masyarakat. Empat tahun lalu, Desa Mendak mengalami bencana paceklik menyusul punahnya habitat cengkeh yang menjadi pendapatan terbesar para petani. Dahulu Desa Mendak merupakan penghasil cengkeh terbesar di Kabupaten Madiun. Omzet masyarakat saat itu setiap panen bisa mencapai Rp 7 miliar. Bahkan, saya pribadi saat itu satu tahun bisa menghasilkan panen cengkeh senilai Rp 350 juta,” kata Purwadi, kepada Kompas.com, Selasa (18/6/2019).

Serangan virus itu menjadikan perekonomian warga di Desa Mendak kolaps. Banyak petani cengkeh gulung tikar karena virus itu menghabiskan ribuan pohon cengkeh yang bertahun-tahun menjadi lahan pendapatan warga.

Pasca-bencana kematian ribuan pohon cengkeh, warga Desa Mendak, tidak menyerah. Para petani berkumpul lalu ingin membangkitkan ekonomi masyarakat dengan potensi yang bisa digali di Desa Mendak.

Setelah didiskusikan, potensi yang bisa dikembangkan yakni buah-buahan berupa durian dan manggis.

Menurut Purwadi, untuk bertahan hidup, warga Desa Mendak tidak bisa hanya mengandalkan dari mengembangkan budidaya buah durian dan manggis. Munculah ide untuk pengembangan wisata alam.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com