Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Machmud Gozali, dengan Kaki Merajut Mimpi Melalui Kaligrafi

Kompas.com - 07/06/2019, 10:51 WIB
Sukoco,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

MAGETAN, KOMPAS.com - Pahat berkarat itu sedikit demi sedikit menghujam papan triplek yang telah berpola. Palu di kaki Machmud Gozali (30) warga Desa Nglego Kulon, Kabupaten Ngawi, Jawa timur, mengetuk-ngetuk gagang pahat yang digenggam erat dengan jari kaki kirinya.

Santri tamatan pondok Cabang Temboro di Nganjuk itu terlihat serius menyelesaikan kaligrafi yang membentuk gambar manusia sedang duduk. Gozali mengerjakannya di selembar triplek.

Tidak memiliki kedua tangan bukan halangan bagi Gozali untuk menekuni seni kaligrafi dengan menggunakan media triplek. Menurut Nuryanto (63), ayah Gozali, kepiawaian membuat kaligrafi berawal dari sekolah dasar luar biasa SDLB Miroto tempat putranya menuntut ilmu.

Saat di SDLB tersebut bakat melukis Gozali sangat menonjol sehingga sejumlah perlombaan melukis baik tingkat kabupaten maupun tingkat provinsi dia ikuti.

“Sampai di Surabaya kalau melukisnya. Beberapa kali juara di tingkat kabupaten,” ujarnya, saat berbincang dengan Kompas.com di kediamannya, Rabu (5/6/2019).

Baca juga: Kisah Munculnya Kembali Para Pemuda Gereja Berkaus Aku Kancamu Saat Shalat Id di Yogyakarta

Lulus dari SDLB, Gozali dikirim orangtuanya ke pondok cabang Temboro di Kabupaten Nganjuk untuk belajar agama. Selain belajar ilmu agama, Gozali juga belajar cara memijat kepada orangtua salah satu santri yang sama-sama mondok.

Keuletannya belajar memijat membuat banyak tawaran memijat datang bahkan dari luar kota.

“Pernah mendapat panggilan dari Kabupaten Magetan. Sekarang setiap hari ada saja yang memanggil untuk memijat,” ujar Nuryanto.

Dengan perlatan pahat dan palu berkarat milik kakeknya, Machmud Gozali berkarya dengan membuat kaligrafi tiga dimensi.KOMPAS.com/SUKOCO Dengan perlatan pahat dan palu berkarat milik kakeknya, Machmud Gozali berkarya dengan membuat kaligrafi tiga dimensi.

Keahlian dari jam dinding rusak.

Kepiawaian membuat coretan kaligrafi Machmud Gozali terasah dari sebuah jam dinding rusak yang coba-coba dilukisnya.

Berbekal cat kaca, jam dinding disulap menjadi sebuah kaligrafi yang indah. Jam dinding yang tadinya rusak akhirnya bisa terjual berkat keahlian Gozali.

Untuk mendapatkan nilai tambah dari kepiawaian membuat kaligrafi, Machmud Gozali kemudian melukis kaligrafi di atas triplek yang kemudian dibuatnya menjadi hiasan kaligrafi tiga dimensi.

Meski masih dalam bentuk sederhana karena lukisan kaligrafi tiga dimensinya belum diberi bingkai, karyanya tersebut telah beberapa kali dibeli oleh tetangga dan sejumlah pengusaha dari Surabaya.

“Kemarin satu karyanya dibeli pengusaha dari Surabaya seharga Rp 500.000,” ujar Masiyen (43), ibu Machmud Gozali.

Baca juga: Kerinduan Mendengar Suara Takbir di Tengah Misi Menjaga Perdamaian Dunia...

Dibutuhkan waktu satu minggu bagi Gozali menyelesaikan karya kaligrafinya yang berukuran 35x50 cm. Peralatan yang digunakan juga masih sangat sederhana yaitu pahat dan palu milik kakeknya yang merupakan tukang kayu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com