MALANG, KOMPAS.com - Meski sudah rusak, temuan situs purbakala di lokasi proyek Tol Pandaan-Malang dinilai memiliki arti penting secara arkeologis dan konstruksi sejarah di Malang.
Sebab, temuan situs itu berupa batu bata. Hal ini berbeda dengan peninggalan purbakala lainnya yang terdiri dari batu andesit.
Hal itu disampaikan Ketua Tim Arkeolog dari Balai Arkeologi Yogyakarta Hery Priswanto saat diwawancara di Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang, Senin (15/4/2019).
"Bahan bata di Malang tidak banyak. Sebagian besar candi di Malang berasal dari andesit. Di Sekaran (lokasi temuan situs) dekat dengan batu andesit, kenapa enggak pakai andesit. Kok pakai batu bata," kata Hery.
Baca juga: Hindari Temuan Situs Purbakala, Tol Pandaan-Malang Digeser 17 Meter
Selain itu, arti penting temuan situs yang diduga bekas bangunan suci itu juga karena berada di tepi Sungai Amprong.
Dikatakannya, Sungai Amprong yang merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai Brantas menjadi sumber penghidupan penduduk terdahulu.
Diperkirakan, di sepanjang aliran sungai itu banyak dihuni oleh masyarakat masa lampau.
"Sungai Amprong ini salah satu lanskap arkeologi untuk menjadi hunian masa lampau. Amprong dimanfaatkan sebagai sumber kehidupan dan sarana transformasi. Sungai Amprong yang nanti akan menjadi bagian dari Brantas tidak kecil peranannya terhadap keberadaan situs di sekitarnya," jelasnya.
Baca juga: Situs Purbakala di Tol Pandaan - Malang Rusak, Tim Arkeolog Kesulitan Lacak Bentuk Aslinya
Karena itu, pihaknya merekomendasikan supaya dilakukan penelitian yang lebih intensif terhadap temuan situs purbakala di Dusun Sekaran, Desa Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang itu.
Apalagi, situs yang diduga bekas bangunan peribadatan itu merupakan bagian integral dari permukiman warga terdahulu.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.