Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepekan Jelang Pencoblosan, Dedi Mulyadi Ultimatum Kader Golkar

Kompas.com - 10/04/2019, 10:28 WIB
Putra Prima Perdana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi memberikan ultimatum kepada para kader dan caleg Partai Golkar di Jawa Barat. 

Ultimatum ini berisi agar kader dan caleg menghindari praktik politik uang satu minggu menjelang hari pencoblosan Pileg dan Pilpres 2019 yang digelar pada tanggal 17 April 2019 mendatang.

“DPD Partai Golkar Jawa Barat kembali menegaskan kepada seluruh calon anggota legislatif di wilayah Provinsi Jawa Barat untuk tidak melakukan politik uang dalam meraih simpati masyarakat,” kata Dedi dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (10/4/2019).

Dedi mengatakan, para kader dan caleg yang ikut berkontestasi dalam ajang pemilu 2019 wajib menunjukkan kualitas dan integritas personal tanpa menggunakan politik uang.

Baca juga: Hadiri Kampanye di Karawang, Dedi Mulyadi Sibuk Layani Foto Bersama Pendukung Jokowi

“Ini kita lakukan agar kualitas demokrasi semakin terjaga dan Partai Golkar semakin berwibawa,” ucapnya.

Dedi menjelaskan, politik uang tidak sejalan dengan marwah Partai Golkar. Dia berharap dalam ajang pemilu 2019, Partai Golkar yang dia pimpin saat ini menghasilkan kader dan caleg berintegritas.

“Dibutuhkan legislator yang memiliki integritas yang mampu menjawab seluruh tuntutan dan keinginan masyarakat,” tuturnya.

Kader dan caleg Partai Golkar, tambah Dedi, diharapkan memberikan kebaikan kepada masyarakat yang lebih baik ketimbang memberi uang.

Baca juga: Dedi Mulyadi: Dari Cara Berfoto, Jokowi Punya Kemampuan Diplomasi Kelas Tinggi

“Karya terbaik kader adalah memberikan kebaikan di mata publik, baik kecerdasan maupun sifat-sifat sosial,” bebernya.

Meski demikian, Dedi menegaskan jika dirinya bukan mengajarkan para kader Partai Golkar di Jawa Barat untuk menjadi individu yang pelit.

“Tradisi memberi jangan dilakukan menjelang tanggal 17 April saja. Tradisi memberi bisa jadi bagian diri dalam kehidupan bertetangga dan bernegara pada waktu yang bersifat legal.

Tradisi memberi dianjurkan dalam agama. Dalam kehidupan beragama ada zakat, infak, sedekah, tidak masalah kalau tidak memiliki kaitan dengan urusan kepentingan yang diatur,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com