Krisis pangan ini, jelas Munadi, akan menghantui kehidupan Suku Togutil. Mereka harus menghadapi kekuatan luar demi mempertahankan sumber-sumber kehidupan mereka.
Selain itu, mereka dipaksa harus keluar dari hutan dan berbaur dengan masyarakat desa, namun sisi lain pola pendekatan yang dilakukan pemerintah jauh dari karakter, budaya dan tradisi yang mereka miliki.
Munadi mencontohkan kasus kelompok Waleino yang terpaksa memilih menetap di hutan sekalipun sudah disediakan rumah oleh Dinas Sosial.
“Pemerintah tidak benar-benar serius mendampingi kelompok tersebut. Akses pelayanan pendidikan dan kesehatan serta kebutuhan lainnya tidak dijamin terpenuhi disaat mereka dirumahkan,” ujarnya.
Baca juga: Keluar Hutan Cari Makanan, Warga Suku Togutil Serang Perusahaan
Hal lain yang diabaikan adalah jaminan hak hidup untuk tetap bisa memanfaatkan sumberdaya alam, serta mempertahankan tradisi dan budaya mereka sebagai sebuah identitas yang sah secara konstitusional.
“Ini yang tidak ada. Saya jadi heran, Tobelo Dalam yang hidup di hutan mengeluh kekurangan pangan. Saya menduga hal tersebut terjadi disebabkan beberapa hal,” kata Munadi.
Munadi menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan Suku Togutil kekurangan pangan adalah Hutan Halmahera mulai kehilangan fungsi ekosistem sebagai penyangga kehidupan.
Selain itu perambahan hutan untuk kepentingan pembangunan semakin mengkhawatirkan, sehingga masuk sampai ke kehidupan Suku Togutil.
Perubahan pola konsumsi Suku Togutil dari sagu dan jenis ubi-ubian ke beras serta dipengaruhi interaksi dan open access juga mempengaruhi pola hidup Suku Togutil saat ini.
Penguasaan sumberdaya hutan oleh kelompok masyarakat pesisir semakin luas, sehingga Suku Togutil harus bersaing dengan mereka. Serta berkurangnya kaum lelaki di Suku Togutil karena perang antar mereka dan pihak luar, atau migrasi kaum lelaki meninggalkan kelompok sebelumnya dan membentuk kelompok baru. Padahal selama ini, kaum lelaki di Suku Togutil berperan banyak dalam penyediaan pangan di kelompoknya.
Baca juga: Cerita Suku Primitif di Halmahera, Dulu Setengah Telanjang tetapi Kini Pakai Hijab
Saat ditanya tentang banyaknya anggapan masyarakat yang mengatakan Suku Togutil itu jahat, Munadi mengaku bahwa itu hanya anggapan yang dialamatkan orang luar kepada kelompok orang yang berbeda cara hidupnya dengan mereka.
“Saya 2 bulan lebih tidur dengan mereka namun tara pernah dorang manakal. Malah sebaliknya dorang layani layaknya keluarga. Kasus pembunuhan di hutan berapa kali itu harus dicari tahu apa motifnya. Sehingga kitong juga jangan terka-terka,” kata Munadi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.