MATARAM, KOMPAS.com - Aroma minyak tanah menyeruak. Warga telah bersiap membawa seikat daun kelapa kering atau 'bobok'. Sesekali teriakan dari dua kubu lawan saling bersahutan. Suasana makin riuh, saat api obor mulai dinyalakan.
Sore itu puluhan umat Hindu dari dua kampung yaitu Negara Saka dan Sweta, telah berkumpul untuk melaksanakan tradisi Perang Api yang digelar sehari sebelum pelaksanaan Nyepi.
Warga yang antusias ingin menyaksikan secara langsung, sudah berdesakan di lokasi pelaksanaan perang api di seputaran tugu Tani, Cakranegara, Kota Mataram, NTB.
Tradisi perang api ini, telah dilaksanakan secara turun-temurun oleh warga kampung Negara Saka dan Sweta setiap tahunnya.
Tradisi perang api merupakan rangkaian menyambut hari raya Nyepi, yang dilaksanakan setelah pawai ogoh-ogoh selesai.
Baca juga: Sambut Nyepi 2019, Pawai Ogoh-ogoh Digelar Umat Hindu di Luwu Utara
Menjelang waktu senja, puluhan ikat bobok dibakar oleh para pemuda dari dua kampung, sebagai tanda dimulainya perang api.
Perang api pun berlangsung riuh. Kedua kubu saling memukul tubuh lawan dengan bobok yang masih menyala.
Meskipun saling pukul dan terluka, namun warga dari kedua kubu tidak pernah berseteru dan bermusuhan setelah perang api selesai.
"Selama ini tidak ada permusuhan dari dua kubu, bila ada perselisihan langsung diselesaikan hari itu juga," terang I Wayan Juet, Pecalang Tri Darma Sweta.
Usai perang api selesai, warga dari kedua kubu pun saling rangkul dan bersalaman. Tidak ada dendam diantara mereka.
Baca juga: Sambut Nyepi, Ratusan Umat Hindu di Jombang Gelar Pawai Ogoh-ogoh
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.