KOMPAS.com - Para petugas terus berupaya memadamkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kabupaten Bengkalis, Riau.Salah satunya dengan merekayasa cuaca sehingga terbentuk hujan buatan.
Sementara itu, sejumlah sekolah dasar di sekitar lokasi bencana sempat meliburkan kegiatan belajar mengajar siswa mereka karena dampak kabut asap yang semakin parah.
Dinas Kesehatan Provinsi Riau telah menyatakan 1.753 warga telah terserang Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) dan sejumlah penyakit lainnya.
Beikut fakta-fakta karhutla di Bengkalis yang telah dirangkum Kompas.com:
Tim Satgas Karhutla akan memodifikasi cuaca dengan menabur garam di langit untuk mempercepat pembentukan awan sehingga dapat terjadi hujan.
Penaburan garam menggunakan Pesawat Casa 212, yang akan dikerahkan TNI Angkatan Udara.
"Hari ini rencananya akan didukung rekayasa cuaca dengan penebaran garam di awan yang mempunyai potensi untuk hujan. Kita tunggu saja mudah-mudahan bisa efektif dan bisa menghasilkan hujan," kata Komandan Sub Satgas Karhutla Kabupaten Bengkalis, Letkol Inf Timmy Prasetya Hermianto, saat diwawancarai Kompas.com, Selasa (26/2/2019).
Letkol Timmy mengatakan, pesawat Casa yang digunakan untuk modifikasi cuaca saat ini masih berada di Lanud Roesmin Nurjadin (Rsn) Pekanbaru.
"Hasil dari koordinasi kami tadi malam, hari ini akan dilakukan penebaran garam," ungkap Timmy.
Sementara, untuk titik api di Kecamatan Rupat, lanjut dia, kabut asap sudah mulai berkurang, dikarenakan hujan pada Selasa dini hari tadi.
Baca Juga: Pemadaman Api Karhutla di Bengkalis akan Dibantu dengan Hujan Buatan
Sebanyak 54 orang warga Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, Riau, terserang penyakit infeksi saluran pernapasan akut ( ISPA) akibat kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan ( karhutla) yang terjadi di daerah tersebut.
"Dalam sepekan terakhir, jumlah warga yang terkena ISPA totalnya 54 orang, terdiri dari 24 orang dewasa dan 30 anak-anak," ujar Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Puskesmas Batu Panjang Kecamatan Rupat Dahlia, Selasa (26/2/2019).
Dari angka tersebut, kata dia, anak-anak paling banyak terserang ISPA.