Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta Bencana Karhutla di Bengkalis, Anak-anak Terserang ISPA hingga Dibantu Hujan Buatan

Kompas.com - 27/02/2019, 11:14 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para petugas terus berupaya memadamkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kabupaten Bengkalis, Riau.Salah satunya dengan merekayasa cuaca sehingga terbentuk hujan buatan.

Sementara itu, sejumlah sekolah dasar di sekitar lokasi bencana sempat meliburkan kegiatan belajar mengajar siswa mereka karena dampak kabut asap yang semakin parah. 

Dinas Kesehatan Provinsi Riau telah menyatakan 1.753 warga telah terserang Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) dan sejumlah penyakit lainnya. 

Beikut fakta-fakta karhutla di Bengkalis yang telah dirangkum Kompas.com:

1. Hujan buatan untuk padamkan karhutla di Riau

Sebuah helikopter Super Puma AS332L1 milik Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas Forestry bersiap melakukan pengeboman air (water bombing) terhadap hutan dan lahan perkebunan sawit rakyat yang terbakar di Desa Gurun Panjang di Dumai, Dumai, Riau, Senin (25/2/2019). APP Sinar Mas Forestry mengerahkan dua unit helikopter Super Puma AS332L1 dan AS332c PK-DAN milik perusahaan itu untuk membantu memadamkan api kebakaran hutan dan lahan perkebunan sawit milik rakyat akibat cuaca panas di Desa Bukit Kerikil Bengkalis dan Desa Gurun Panjang Dumai dengan cara pengeboman air lewat udara.ANTARA FOTO/ASWADDY HAMID Sebuah helikopter Super Puma AS332L1 milik Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas Forestry bersiap melakukan pengeboman air (water bombing) terhadap hutan dan lahan perkebunan sawit rakyat yang terbakar di Desa Gurun Panjang di Dumai, Dumai, Riau, Senin (25/2/2019). APP Sinar Mas Forestry mengerahkan dua unit helikopter Super Puma AS332L1 dan AS332c PK-DAN milik perusahaan itu untuk membantu memadamkan api kebakaran hutan dan lahan perkebunan sawit milik rakyat akibat cuaca panas di Desa Bukit Kerikil Bengkalis dan Desa Gurun Panjang Dumai dengan cara pengeboman air lewat udara.

Tim Satgas Karhutla akan memodifikasi cuaca dengan menabur garam di langit untuk mempercepat pembentukan awan sehingga dapat terjadi hujan.

Penaburan garam menggunakan Pesawat Casa 212, yang akan dikerahkan TNI Angkatan Udara.

"Hari ini rencananya akan didukung rekayasa cuaca dengan penebaran garam di awan yang mempunyai potensi untuk hujan. Kita tunggu saja mudah-mudahan bisa efektif dan bisa menghasilkan hujan," kata Komandan Sub Satgas Karhutla Kabupaten Bengkalis, Letkol Inf Timmy Prasetya Hermianto, saat diwawancarai Kompas.com, Selasa (26/2/2019).

Letkol Timmy mengatakan, pesawat Casa yang digunakan untuk modifikasi cuaca saat ini masih berada di Lanud Roesmin Nurjadin (Rsn) Pekanbaru.

"Hasil dari koordinasi kami tadi malam, hari ini akan dilakukan penebaran garam," ungkap Timmy.

Sementara, untuk titik api di Kecamatan Rupat, lanjut dia, kabut asap sudah mulai berkurang, dikarenakan hujan pada Selasa dini hari tadi.

Baca Juga: Pemadaman Api Karhutla di Bengkalis akan Dibantu dengan Hujan Buatan

2. Anak-anak mulai terserang ISPA

Sejumlah murid menggunakan masker untuk menghindari terhirupnya asap dari kebakaran hutan dan lahan gambut di Kota Dumai, Dumai, Riau, Sabtu (23/2/2019). Sejumlah sekolah di Kota Dumai meliburkan kegiatan belajar mengajarnya untuk menghindar dari terpapar kabut asap kebakaran hutan dan lahan gambut yang terjadi di wilayah pesisir Riau.ANTARA FOTO/ASWADDY HAMID Sejumlah murid menggunakan masker untuk menghindari terhirupnya asap dari kebakaran hutan dan lahan gambut di Kota Dumai, Dumai, Riau, Sabtu (23/2/2019). Sejumlah sekolah di Kota Dumai meliburkan kegiatan belajar mengajarnya untuk menghindar dari terpapar kabut asap kebakaran hutan dan lahan gambut yang terjadi di wilayah pesisir Riau.

Sebanyak 54 orang warga Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, Riau, terserang penyakit infeksi saluran pernapasan akut ( ISPA) akibat kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan ( karhutla) yang terjadi di daerah tersebut.

"Dalam sepekan terakhir, jumlah warga yang terkena ISPA totalnya 54 orang, terdiri dari 24 orang dewasa dan 30 anak-anak," ujar Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Puskesmas Batu Panjang Kecamatan Rupat Dahlia, Selasa (26/2/2019).

Dari angka tersebut, kata dia, anak-anak paling banyak terserang ISPA.

"Anak-anak paling rentan terkena ISPA. Sebab anak-anak sering bermain di luar rumah. Kemudian ibu hamil dan lansia juga rentan, tapi ibu hamil dan lansia kan lebih banyak di rumah," kata Dahlia.

Selain menderita ISPA, warga juga diserang oleh penyakit lainnya, seperti influenza, asma, iritasi mata dan iritasi kulit.

Baca Juga: Anak-anak di Rupat Bengkalis Terserang ISPA akibat Karhutla

3. Kabut asap mengancam, sekolah diliburkan

Aktivitas belajar mengajar di SD Negeri 02 Batu Panjang, Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, Riau, kembali normal setelah dua hari diliburkan akibat kabut asap karhutla, Rabu (27/2/2019).KOMPAS.com/IDON TANJUNG Aktivitas belajar mengajar di SD Negeri 02 Batu Panjang, Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, Riau, kembali normal setelah dua hari diliburkan akibat kabut asap karhutla, Rabu (27/2/2019).

Sekolah Dasar (SD) Negeri 29 di Jalan Kampung Baru, Kelurahan Terkul, Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, Riau, terpaksa diliburkan akibat kabut asap kebakaran hutan dan lahan ( karhutla), Senin (25/2/2019).

"Anak-anak kami liburkan karena kabut asap pagi ini sangat parah. Tadi diumumkan ke murid dan mereka langsung pulang. Kami juga tidak melaksanakan upacara bendera," ungkap Kepala SD Negeri 29 Samsukri saat diwawancarai Kompas.com, Senin.

Samsukri mengatakan, sekolah diliburkan sudah mendapat persetujuan dari pihak koordinator wilayah (korwil) Kecamatan Rupat, Dinas Pendidikan Bengkalis.

"Saya sudah koordinasi dengan korwil Pak Rais. Beliau menyetujui murid diliburkan karena di sekolah kami paling parah kabut asap. Apalagi, jarak kebakaran lahan dari sekolah kami sekitar satu kilometer," kata Samsukri.

Baca Juga: Sekolah Dasar di Bengkalis Diliburkan akibat Kabut Asap Karhutla

4. Persediaan air mulai menipis

Pasukan Komando Strategi Angkatan Darat (Kostrad) yang tergabung dalam Tim Satgas Karhutla Riau, melakukan pemadaman api kebakaran lahan gambut di Kelurahan Terkul, Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, Riau, Selasa (26/2/2019). Pasukan ini terkendala mematikan api, karena sumber air terbatas.KOMPAS.com/IDON TANJUNG Pasukan Komando Strategi Angkatan Darat (Kostrad) yang tergabung dalam Tim Satgas Karhutla Riau, melakukan pemadaman api kebakaran lahan gambut di Kelurahan Terkul, Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, Riau, Selasa (26/2/2019). Pasukan ini terkendala mematikan api, karena sumber air terbatas.

Komandan Sub Satgas Karhutla Kabupaten Bengkalis Letkol Inf Timmy Prasetya Hermianto mengungkapkan, sumber air yang ada saat ini sangat jauh dari lokasi titik api. Sebagian titik api jaraknya ada sekitar satu kilometer.

"Titik-titik air saat ini sudah mulai berkurang, sehingga kami berinisiatif membuat sekat bakar sekaligus membuat titik air yang baru. Kemarin kami juga sudah mendapatkan bantuan fleksibel water tank, yang fungsinya untuk menampung air. Kemudian air yang ditampung itu dijadikan untuk pemadaman api menggunakan mesin pompa air," kata Letkol Timmy, Selasa (26/2/2019).

Fleksibel water tank itu, ditambahkan dia, mampu menampung air 2.000 hingga 5.000 liter air. Sehingga, ditempatkan di beberapa titik untuk menyiram api.

Baca Juga: Sumber Air untuk Pemadaman Karhutla di Rupat Bengkalis Mulai Berkurang

5. Hujan selama satu jam sempat bantu petugas 

Kabut asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang melanda Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, Riau, Senin (25/2/2019).KOMPAS.com/IDON TANJUNG Kabut asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang melanda Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, Riau, Senin (25/2/2019).

Para petugas gabungan terus memantau kondisi sejumlah titik kebakaran di Bengkalis, Riau. Hujan lebat selama satu jam pada hari Selasa (26/2/2019) sempat membuat basah tanah dan menghambat api meluas.

"Saat ini upaya yang kami lakukan, alhamdulillah kami sudah mendapatkan hasil yang cukup signifikan, ditambah lagi dengan hujan lebat tadi malam. Walaupun tidak lama, sekitar satu jam, itu cukup membuat tanah basah. Sehingga, titik api saat ini tidak ada, hanya saja titik asap yang sedang kami lakukan pendinginan," terang Letkol Timmy.

Para petugas mengantisipasi akan munculnya lagi titik api ke permukaan gambut, karena cuaca panas dan angin kencang.

"Apalagi, sekarang masih ada titik asap, apabila mengering, angin berhembus kencang, bisa menimbulkan titik api yang baru," tutup Timmy.

Baca Juga: 6 Fakta Karhutla di Riau, dari Penetapan Status Siaga Darurat Hingga Penangkapan Tersangka

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com