"Dari awal memang niatnya sudah mau pulang, dagang di sini, jadi bisa kumpul," katanya.
Selain dengan suami, menurut Eli untuk memenuhi pesanan sabun dari Jokowi, rencananya dirinya juga akan mengajak para penerima bantuan program PKH yang ada di desanya, terutama mereka yang satu kelompok dengannya. Apalagi, Eli adalah ketua kelompoknya.
"Kemarin anggotanya ada 34 KPM (Keluarga Penerima Manfaat), sekarang nambah 10 KPM,"kata Eli ketika ditanya soal anggota kelompoknya.
Sampai Senin (21/1/2019), Eli memang masih belum memulai proses pembuatan sabun di rumahnya. Karena, dirinya masih menunggu pesanan bahan baku pembuatan sabun. Selain itu, karena jumlah pesanan banyak, saat ini dirinya juga telah memesan mesin dan peralatan tambahan yang bisa membantu produksi sabun dalam jumlah banyak.
"Besok saya mau ke Bogor lihat mesin blender buat mengaduk, nanti juga mau beli torn, selang, mesin pompa air dan alat lainnya," katanya.
Sementara, untuk tempat produksi, rencananya Eli akan memanfaatkan halaman rumahnya yang akan dipasangi terpal.
Sementara, untuk gudang penyimpanan barang akan menggunakan madrasah yang ada di depan rumahnya.
"Anak-anak bisa mengaji di rumah saya, yang ngajar juga kakak saya, nanti saya juga mau bangun madrasahnya," kata Eli.
Salman Mugni Aziz, koordinator program PKH Kecamatan Banjarwangi menuturkan, rejeki yang diterima Eli dari Presiden Jokowi bisa ikut dinikmati oleh KPM lain, minimal di Desa Padahurip, terutama kelompok KPM yang dipimpin oleh Eli.
"Nanti mereka bisa dilibatkan dalam proses produksi sabun, apalagi ini juga jadi usaha kelompok KPM," kata Salman yang ditemui di rumah Eli.
Eli sendiri mengakui, usaha pembuatan sabun cuci cair yang sudah dua bulan dirintisnya, modalnya memang berawal dari tabungan kelompoknya. Makanya, dinamakan Kelompok Usaha Bersama (Kube) Padahurip.
"Setiap PKM menabung Rp 20 ribu selama enam tahun, terkumpul uang sampai Rp 8 juta yang bisa jadi modal usaha," katanya.
Menurut Salman, program tabungan dari para penerima PKH seringkali menjadi sorotan karena banyak orang menganggap tabungan tersebut adalah potongan. Makanya, dirinya sempat memberhentikan tabungan tersebut karena banyak pihak luar yang tidak suka.
"Kalau untuk usaha dari dana PKH, memang tidak ada anggarannya, hanya mereka inisiatif nabung buat usaha kelompok, makanya Kube nya mandiri, tidak ada bantuan dari pemerintah," katanya.
Geliat usaha para penerima program PKH, menurut Salman sangat bergantung pada kreativitas dari pendamping kelompoknya masing-masing. Jika pendampingnya kreatif dan rajin maka usaha kelompok bisa berjalan baik.
"Kelompok Bu Eli ini pendampingnya Bu Eva dan Gin Gin, selama ini yang dampingi Bu Eli mereka berdua, Bu Eli sering curhat ke Bu Eva soal segala macam, termasuk usaha," katanya.
Eva yang menjadi pendamping, menurut Salman selama ini membimbing Eli dari mulai mencari bahan baku, kemasan sabun hingga desain kemasannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.