Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Order Sabun Cuci Rp 2 Miliar dari Jokowi Persatukan Eli dan Suaminya

Kompas.com - 21/01/2019, 19:14 WIB
Ari Maulana Karang,
Khairina

Tim Redaksi

Kompas TV Lebih dari 4.700 warga di pesisir barat Pandeglang, Banten, hingga kini masih tinggal di sejumlah tempat pengungsian pasca-tsunami. Mereka tersebar di sejumlah tempat. Salah satunya di kantor Stasiun Radio Krakatau. Di Labuan ini, kebutuhan logistik untuk para pengungsi sudah disalurkan, seperti selimut, air bersih, baju, obat-obatan, dan makanan pokok.<br /> <br /> Meski demikian, sejumlah bantuan terus mengalir, salah satunya bantuan jasa laundry atau cuci pakaian gratis bagi pengungsi dari sebuah perusahaan sabun cuci pakaian. Sebanyak 8unit mesin cuci disiapkan untuk mencuci pakaian pengungsi secara gratis.

"Dari awal memang niatnya sudah mau pulang, dagang di sini, jadi bisa kumpul," katanya.

Selain dengan suami, menurut Eli untuk memenuhi pesanan sabun dari Jokowi, rencananya dirinya juga akan mengajak para penerima bantuan program PKH yang ada di desanya, terutama mereka yang satu kelompok dengannya. Apalagi, Eli adalah ketua kelompoknya.

"Kemarin anggotanya ada 34 KPM (Keluarga Penerima Manfaat), sekarang nambah 10 KPM,"kata Eli ketika ditanya soal anggota kelompoknya.

Sampai Senin (21/1/2019), Eli memang masih belum memulai proses pembuatan sabun di rumahnya. Karena, dirinya masih menunggu pesanan bahan baku pembuatan sabun. Selain itu, karena jumlah pesanan banyak, saat ini dirinya juga telah memesan mesin dan peralatan tambahan yang bisa membantu produksi sabun dalam jumlah banyak.

"Besok saya mau ke Bogor lihat mesin blender buat mengaduk, nanti juga mau beli torn, selang, mesin pompa air dan alat lainnya," katanya.

Sementara, untuk tempat produksi, rencananya Eli akan memanfaatkan halaman rumahnya yang akan dipasangi terpal.

Sementara, untuk gudang penyimpanan barang akan menggunakan madrasah yang ada di depan rumahnya.

"Anak-anak bisa mengaji di rumah saya, yang ngajar juga kakak saya, nanti saya juga mau bangun madrasahnya," kata Eli.

Baca juga: Gubernur NTT Ingin Larang Sampo dan Sabun dari Luar jika Produk Lokal Berbahan Kelor Banyak Diproduksi

Salman Mugni Aziz, koordinator program PKH Kecamatan Banjarwangi menuturkan, rejeki yang diterima Eli dari Presiden Jokowi bisa ikut dinikmati oleh KPM lain, minimal di Desa Padahurip, terutama kelompok KPM yang dipimpin oleh Eli.

"Nanti mereka bisa dilibatkan dalam proses produksi sabun, apalagi ini juga jadi usaha kelompok KPM," kata Salman yang ditemui di rumah Eli.

Eli sendiri mengakui, usaha pembuatan sabun cuci cair yang sudah dua bulan dirintisnya, modalnya memang berawal dari tabungan kelompoknya. Makanya, dinamakan Kelompok Usaha Bersama (Kube) Padahurip.

"Setiap PKM menabung Rp 20 ribu selama enam tahun, terkumpul uang sampai Rp 8 juta yang bisa jadi modal usaha," katanya.

Menurut Salman, program tabungan dari para penerima PKH seringkali menjadi sorotan karena banyak orang menganggap tabungan tersebut adalah potongan. Makanya, dirinya sempat memberhentikan tabungan tersebut karena banyak pihak luar yang tidak suka.

"Kalau untuk usaha dari dana PKH, memang tidak ada anggarannya, hanya mereka inisiatif nabung buat usaha kelompok, makanya Kube nya mandiri, tidak ada bantuan dari pemerintah," katanya.

Geliat usaha para penerima program PKH, menurut Salman sangat bergantung pada kreativitas dari pendamping kelompoknya masing-masing. Jika pendampingnya kreatif dan rajin maka usaha kelompok bisa berjalan baik.

"Kelompok Bu Eli ini pendampingnya Bu Eva dan Gin Gin, selama ini yang dampingi Bu Eli mereka berdua, Bu Eli sering curhat ke Bu Eva soal segala macam, termasuk usaha," katanya.

Eva yang menjadi pendamping, menurut Salman selama ini membimbing  Eli dari mulai mencari bahan baku, kemasan sabun hingga desain kemasannya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com