Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gubernur NTT Ingin Larang Sampo dan Sabun dari Luar jika Produk Lokal Berbahan Kelor Banyak Diproduksi

Kompas.com - 17/01/2019, 07:22 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


KUPANG, KOMPAS.com - Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat menyebut akan melarang produk luar masuk ke wilayahnya, jika sampo dan sabun berbahan dasar kelor telah diproduksi secara besar-besaran.

Penegasan itu disampaikan Viktor, saat menjadi pembicara dalam kegiatan diskusi tentang ekonomi di Graha Pena Timor Express, Rabu (16/1/2019).

Menurut Viktor, saat ini sampo dan sabun berbahan dasar kelor telah diproduksi, tetapi masih dalam jumlah yang kecil.

Karena itu, dia mengharapkan para pengusaha sukses di Kota Kupang dan NTT, bisa mengembangkan dua produk itu.

Baca juga: Mengenal Khasiat Daun Kelor untuk Kecantikan

"Hari ini sudah kita kembangkan sampo dan sabun berbahan dasar kelor, tapi yang kerja orang dari kampung. Pengusaha belum ada yang mau kembangkan itu," ucap dia.

"Kalau pengusaha sudah masuk dan serius mau mengembangkan itu, maka kita akan buat aturan, semua sampo dan sabun dari luar tidak boleh masuk ke NTT, yang masuk kita operasi dan tangkap," sambung Viktor.

Viktor mengatakan, produk dari NTT yang akan digunakan oleh masyarakat.

Semua komponen masyarakat di NTT, lanjut Viktor, harus belajar dari Jepang, yang selalu menggunakan produk dan juga makan makanan merek Jepang.

Hal itu, sebut Viktor, merupakan bentuk nasionalisme orang Jepang.

Untuk membangun nasionalisme perdagangan NTT, sebut mantan Ketua Fraksi Partai Nasdem DPR RI itu, ke depannya bukan hanya sampo dan sabun, tapi teh dan juga kue berasal dari kelor.

Baca juga: Slank Dinobatkan Jadi Duta Kelor NTT

"Bahkan bila perlu lisptik pun dibuat pakai daun kelor. Saya dorong pengusaha bisa memanfaatkan ini dan kita akan bergerak bersama," ujar dia.

Pada kesempatan itu, Viktor juga mengajak para pengusaha muda di Kota Kupang, untuk berada di desa dan membantu meningkatkan perekonomian di desa, karena banyak potensi di desa yang mesti digali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com