Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mimpi Pengemudi Becak Listrik di Yogyakarta Bersaing dengan Ojek "Online"

Kompas.com - 18/01/2019, 21:31 WIB
Markus Yuwono,
Farid Assifa

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Belasan pengayuh becak di kawasan Bulak Sumur, Sleman, Yogyakarta, saat ini tak lagi sepenuhnya mengayuh becak.

Sebab, becak mereka sudah dibekali dengan motor listrik yang bisa menempuh sekitar 30 kilometer.

Mereka berharap becak yang diluncurkan hari ini, Jumat (18/1/2018), oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan di Balairung, bisa bersaing dengan ojek online.

Sutaryo, salah seorang pengemudi becak yang mendapatkan kesempatan menggunakan becak listrik hasil kerja sama antara UGM dan PLN ini, mengaku sudah mencoba selama sebulan terakhir mengemudi becak listrik.

"Saya sudah mencoba menuju Blok O, bolak-balik masih ada sisa. Sekitar 30 kilometer," katanya saat ditemui seusai peluncuran becak listrik.

Selama ini, Sutaryo mangkal mencari penumpang di sekitar UGM. Diakuinya, kenyamanan becak listrik tak jauh beda dengan becak kayuh yang puluhan tahun dia gunakan untuk mencari nafkah.

Tanpa menghilangkan keaslian bentuk becak, konversi dilakukan dengan menambahkan komponen penggerak berupa motor listrik 1500 Watt 48 V dan baterai VRLA 48 V dengan kapasitas arus 12 Ah.

Baca juga: Ketika Menteri Jonan Jadi Pengemudi Becak Listrik untuk Rektor UGM

Dengan baterai 12 Ah ini, becak dapat digunakan secara penuh dengan listrik untuk menempuh 30 kilometer untuk setiap pengisian baterai.

Jarak tempuh ini dapat di tingkatkan dengan mengganti atau menambahkan sistem baterai menjadi 24 Ah dengan jarak tempuh sekitar 50-60 kilometer setiap pengisian baterai.

Berbeda dengan becak motor yang menghasilkan polusi udara dan suara, becak listrik ini bebas dari polusi sehingga lebih ramah lingkungan.

Para pengemudi becak listrik tergabung dalam Paguyuban Becak Listrik UGM ada 12 orang. Sutaryo berharap dengan adanya becak menggunakan motor listrik bisa meningkatkan penggunaan becak.

Sebab, pengguna becak sudah beralih ke transportasi yang lebih modern dan murah seperti transportasi umum online.

"Harapannya bisa meningkatkan (Jumlah Pengguna) karena becak tersisihkan dengan online (transportasi umum online). Dulu sebelum ada online bisa lima sampai enam kali narik (mengangkut penumpang) sekarang sekali," katanya.

Pesan via WhatsApp

Selain menggunakan becak lebih modern, saat ini mereka membagi kartu nama yang berisi nomor telepon yang pesan becak listrik langsung bisa menghubungi melalui SMS, atau WhatsApp.

Sunarto, pengemudi becak lainnya, menambahkan, dengan kemudahan ini dirinya tidak lagi mengayuh di usia senjanya. Pengemudi yang memiliki 6 orang anak, dan seorang di antaranya masih bersekolah ini berkeyakinan bisa meningkatkan pendapatan setelah menggunakan becak listrik.

"Sekarang menjadi mudah karena tidak perlu dikayuh, kekuatannya pun bisa mengangkut dua sampai tiga penumpang,"ujarnya.

Meski sudah menggunakan becak listrik, namun dirinya tidak ingin anak-anaknya mengikuti jejaknya sebagai pengemudi becak.

"Anak saya tidak ada yang meneruskan (Sebagai pengemudi becak)," ucapnya.

Baca juga: Luncurkan Belis, UGM Bagikan Becak Listrik ke 12 Tukang Becak

Dekan Fakultas Teknik UGM, Nizam menyampaikan, dengan becak listrik ini dapat menyentuh kalangan paling perlu mendapat sentuhan teknologi.

"Untuk yang pertama ini kami berikan cuma-cuma, namun tetap ada paguyuban untuk iuran perawatan supaya berkelanjutan agar tidak mangkrak," ujarnya.

Untuk biaya konversi sendiri diperlukan dana Rp 8 juta untuk baterai manajemen dan beberapa keperluan mesin lainnya. Untuk perawatan baterai tiga tahun sekali ganti.

"Mimpi kita 5.000 becak di DIY bisa ke listrik agar lebih manusiawi," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com