“Saya dan keluarga sangat menantikan Natal. Natal ini, kami sekeluarga akan berkumpul dengan keluarga besar di tempat adik bungsu saya di Sidoarjo,” kata Andi.
Kini warga Surabaya, terutama umat Nasrani (9,1 persen warga Surabaya beragama Kristen dan 4 persen beragama Katolik), telah berhasil menanggalkan kejadian teror tersebut dan terus melanjutkan kehidupan mereka.
Wali Kota Surabaya yang sangat disayangi warganya, Tri Rismaharini, telah berupaya untuk menyurutkan ketegangan dan memulihkan kepercayaan diri publik.
“Setiap bulan tanggal 13 ada peringatan di Gereja Santa Maria Tak Bercela dan mengundang keluarga korban serta beberapa tokoh agama. Saya dan keluarga beberapa kali hadir,” Andi melanjutkan ceritanya.
“Saya sudah mengampuni mereka. Saya tidak punya rasa dendam, karena menyimpan dendam itu sama seperti menyimpan sampah. Harapan saya sekarang adalah umat antaragama untuk terus saling berkomunikasi satu sama lain, sehingga jaringan, toleransi, dan jalinan kasih dapat terbangun. Hal ini yang juga saya ajarkan ke anak-anak,” tuturnya.
Saat dunia menyambut Tahun Baru, pengampunan dan memulai hidup baru akan menjadi lebih berat dilakukan oleh keluarga yang menjadi korban – sesuatu yang berbeda dari perayaan Natal pada umumnya.
Surabaya telah mengalami pukulan berat, namun warganya – yang tahan uji dan ramah – akan bangkit, lebih kuat dari sebelumnya.