Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meracik Asa Jadi Barista bagi Penyandang Disabilitas Intelektual

Kompas.com - 04/12/2018, 07:30 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

TEMANGGUNG, KOMPAS.com - Bekerja sebagai barista bukan lagi mustahil bagi Andika Putra Pamungkas (20), seorang penyandang disabilitas intelektual (intelectual dissability).

Harapan cerah menanti setelah ia berlatih meracik kopi di sekolahnya di Balai Besar Rahabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Intelektual (BBRSPDI) Kartini, Kabupaten Temanggung.

Andika selalu semangat ketika jadwal pelatihan itu tiba. Ia dan teman-temannya didampingi oleh barista-barista profesional dari Java Coffee Temanggung.

"Cita-cita saya mau buka kafe, saya baristanya," ucap Andika singkat tapi penuh percaya diri, disela-sela kegiatannya belajar meracik kopi belum lama ini.

Sebagai pemuda yang dilahirkan dengan kecerdasan dibawah rata-rata, Andika menyadari tidak mudah menggapai cita-citanya itu. Terlebih di tengah stigma masyarakat yang masih menganggap lemah orang-orang seperti dirinya.

Baca juga: Hari Disabilitas Internasional, Upaya agar Kesetaraan Jadi Milik Semua

Kepercayaan dirinya mulai tumbuh sejak belajar tentang kopi. Bertemu dengan pendidik-pendidik yang sabar, telaten, mengajarinya meracik komoditas ini menjadi minuman yang tidak hanya enak, tapi juga sarat filosofi.

"Saya belajar sudah 4 kali. Awalnya ngga suka, setelah ada program ini jadi suka. Pertama kali susah karena ngga tahu cara pakai alat-alatnya," jelas Andika meski dengan kalimat terbata-bata.

Siswa jurusan keterampilan menjahit itu tidak sendiri, ada beberapa kawan penyandang disabilitas intelektual yang juga ikut belajar menjadi barista. Mereka adalah Yunika Puji Astika (21) dan Beni Brian Sutrisno (22).

Beni menyukai kopi. Ia juga ingin menjadi barista untuk kafenya sendiri kelak di kampung halamannya di Purbalingga. Ia sudah belajar bagaimana mengatur suhu, menimbang dan yang penting ia melatih percaya diri di depan umum.

"Belajar kopi itu asik, pelatihnya juga telaten, walaupun sulit waktu mengatur suhu dan menimbang. Tapi saya senang bisa tampil di depan orang banyak," kata siswa jurusan pertukangan kayu ini.

Baca juga: Tak Selalu Menengadahkan Tangan, Difabel Juga Bisa Berbagi

Butuh kesabaran

Pelatih Barista dari Java Coffee Temanggung, Rio, mengatakan telah melatih siswa-siswa BBRSPDI sejak beberapa minggu yang lalu. Materi yang diajarkan meliputi pengenalan alat, metode penyajian (penyaringan, tekanan, perendaman) dan lainnya.

Rio mengakui butuh kesabaran lebih ketika menghadapai siswa-siswa berkebutuhan khusus. "Kesabaran itu pasti, karena mereka punya kecerdasan dibawah rata-rata, harus diulang-ulang sampai mereka benar-benar paham," ungkapnya.

Selain itu, mereka juga cenderung cepat jenuh dan mudah lupa sehingga Rio harus memvariasikan materi satu dengan yang lainnya. Ke depan Rio ingin menerapkan kurikulum barista khusus untuk penyandang disabilitas mental yang sedang disusun.

"Misalnya hari ini tentang penyaringan, diselang-seling besok materi lain agar tidak jenuh. Tapi kadang ada yang ingat, ada juga yang lupa," katanya.

Baca juga: Cantiknya Batik Ciprat Karya Penyandang Disabilitas

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com