Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Geluti Kuliner dari Daging Kelinci, Astuti Raih Omset Puluhan Juta Rupiah Per Bulan

Kompas.com - 02/12/2018, 10:18 WIB
Sukoco,
Khairina

Tim Redaksi

Meski telah berhasil mengembangkan produk olahan dari daging kelinci dalam bentuk beku seperti rica rica, nugget dan abon, inovasi dari Sri Astuti tidak pernah berhenti.

Kali ini, ia menyasar konsumen yang memang suka dengan kuliner sate kelinci. Dia menghadirkan sate kelinci yang telah ditusuk dan tinggal membakar dalam kemasan beku lengkap dengan bumbu kacang dan sambalnya.

Dalam satu kemasan yang berisi 100 tusuk sate, Sri Astuti membandrol dengan harga Rp 150 ribu. Lagi-lagi, tanggapan pasar terhadap terobosan barunya tersebut cukup positif.

Pemesanan sate kelinci beku yang bisa dilayani saat ini masih pada konsumen yang berdomisili di Pulau Jawa saja karena dibutuhkan pengiriman yang cepat.

“Kalau sate beku pengirimannya dengan kotak styrofoam yang dikasih es. Untuk pemesanannya masih seputaran Pulau Jawa,” ujarnya.

Baca juga: Mahasiswa Universitas Brawijaya Ciptakan Kosmetik dari Kulit Kelinci

Bersama dengan teman-temannya para peternak kelinci, Astuti juga mengembangkan penjualan kebutuhan akan bibit kelinci bagi peternak pemula serta kebutuhan pendukung seperti kandang, obat obatan, serta makanan untuk kelinci. Hal ini dilakukan untuk mengajak warga Magetan juga menggeluti usaha ternak kelinci mengingat nilai ekonomis dari beternak kelinci yang cukup tinggi.

“Kami memang memiliki unit produksi dan unit pengolahan. Teman teman di unit produksi ya menjual kebutuhan seperti anakan kelinci, kandang, obat obatan serta makanan kelinci,” katanya.

Pemerintah Magetan gandeng Unibraw kembangkan peternakan kelinci

Pemerintah Kabupaten Magetan saat ini juga membidik pengembangan peternakan kelinci sebagai usaha unggulan mengingat nilai ekonomisnya yang cukup tinggi.

Apalagi, pengembangbiakan hewan berbulu halus dan tebal tersebut cukup cepat. Dalam satu kelahiran, induk kelinci bisa melahirkan 5 hingga 10 anakan kelinci.

“Usia produktifnya juga cukup cepat. Usia 6 bulan sudah bisa jadi indukan hingga usai 3 tahun,” ujar staf Dinas Pertenakan Magetan Setiawan yang mendampingi Bupati Magetan meninjau peternak kelinci di Desa Tanjungsari.

Untuk lebih mengembangkan usaha peternakan kelinci di wilayahnya, Bupati Magetan Suprawoto bahkan menggandeng ahli dan peneliti dari Universitas Brawijaya yang berasal dari Kabupaten Magetan.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com