Salin Artikel

Geluti Kuliner dari Daging Kelinci, Astuti Raih Omset Puluhan Juta Rupiah Per Bulan

MAGETAN, KOMPAS.com – Menggeluti kuliner berbahan baku dari daging kelinci, Sri Astuti (38) mengaku mampu meraup untung hingga puluhan juta rupiah per bulan.

Warga Desa Ngariboyo Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan ini telah menggeluti bisnis kuliner dari daging kelinci sejak tahun 2016 lalu.

Dari pembuatan abon saja, dia mengaku mampu menghabiskan 30 hingga 50 kilogram per bulan dengan harga abon Rp 280.000 per kilogramnya.

“Kalau ada event bisa sampai 70 kilogram daging kelinci yang diolah. Kalau penghasilan masih di bawah Rp 50 juta, belum banyak,” ujarnya disela kesibukannya memamerkan hasil olahan produknya pada kegiatan ngopi susu bareng Bupati Magetan bersama peternak kelinci di Desa Tanjungsari Rabu (28/11/2018) lalu.

Keterlibatan Sri Astuti pada kuliner olahan dari daging kelinci berawal dari keluhan peternak kelinci yang merasa harga kelinci hasil panen mereka yang tidak pernah stabil. Pada saat itu, kelinci hanya dimanfaatkan dagingnya untuk pembuatan sate.

 Di Kabupaten Magetan, sate kelinci sudah menjadi kuliner khas daerah yang banyak dijajakan di sepanjang jalan dan di pinggir Telaga Sarangan.

Dengan mengolah menjadi abon, selain memberi nilai lebih pada produk olahan daging kelinci, juga  membuat harga jual kelinci menjadi lebih stabil karena harga abon dari daging kelinci juga stabil.

“Pada awalnya mencari nilai tambah, selain untuk sate daging kelinci juga bisa untuk abon. Kami mencari peluang pasar karena kalau abon bisa tahan lama dan bisa dikirim keluar daerah,” imbuhnya.

Sejak diluncurkan tahun 2016, produk olahan abon dari daging kelinci milik Astuti telah melanglang buana ke seluruh kota dari Sabang sampai Papua.

Bahkan, sejumlah pesanan abon dari daging kelinci juga datang dari Hongkong dan Arab Saudi.

Dari sate beku hingga nugget

Tak berhenti hanya mengembangkan daging kelinci menjadi abon, Sri Astuti juga mengembangkan inovasi daging kelinci yang rendah kolesterol dan tinggi protein tersbeut menjadi olahan kuliner lainnya. Kali ini dia mengolah menjadi rica rica kelinci.

Bahkan untuk pengembangan usaha, Sri Astuti membuka stand kuliner di pusat oleh oleh khas Magetan di Desa Candirejo yang beralamat di Jl Raya Sarangan.

Produk rica rica daging kelnci juga dikemas dalam bentuk kemasan beku.

Dengan harga Rp 15.000 dalam kemasan 200 gram, lagi lagi produk tersebut juga disambut bagus di pasaran.

“Di warung kami di Jalur Telaga Sarangan pengunjung bisa langsung menikmati olahan kuliner seperti sate, rica rica, maupun nugget dari daging kelinci fresh,” ucapnya.

Produk olahan daging kelinci berikutnya yang diluncurkan Sri Astuti adalah nugget daging kelinci.

Produk olahannya kali ini untuk menyasar konsumen anak anak dan konsumen yang memang tidak suka dengan olahan daging kelinci seperti sate maupun rica rica yang memang menonjolkan rasa pedas.

Satu bungkus nugget daging kelinci dengan berat 200 gram Sri Astuti mematok harga Rp 17.000,00.

“Ada produk alternatif, kalau belum suka sate kami berikan penawaran produk nugget,” katanya.


Meski telah berhasil mengembangkan produk olahan dari daging kelinci dalam bentuk beku seperti rica rica, nugget dan abon, inovasi dari Sri Astuti tidak pernah berhenti.

Kali ini, ia menyasar konsumen yang memang suka dengan kuliner sate kelinci. Dia menghadirkan sate kelinci yang telah ditusuk dan tinggal membakar dalam kemasan beku lengkap dengan bumbu kacang dan sambalnya.

Dalam satu kemasan yang berisi 100 tusuk sate, Sri Astuti membandrol dengan harga Rp 150 ribu. Lagi-lagi, tanggapan pasar terhadap terobosan barunya tersebut cukup positif.

Pemesanan sate kelinci beku yang bisa dilayani saat ini masih pada konsumen yang berdomisili di Pulau Jawa saja karena dibutuhkan pengiriman yang cepat.

“Kalau sate beku pengirimannya dengan kotak styrofoam yang dikasih es. Untuk pemesanannya masih seputaran Pulau Jawa,” ujarnya.

Bersama dengan teman-temannya para peternak kelinci, Astuti juga mengembangkan penjualan kebutuhan akan bibit kelinci bagi peternak pemula serta kebutuhan pendukung seperti kandang, obat obatan, serta makanan untuk kelinci. Hal ini dilakukan untuk mengajak warga Magetan juga menggeluti usaha ternak kelinci mengingat nilai ekonomis dari beternak kelinci yang cukup tinggi.

“Kami memang memiliki unit produksi dan unit pengolahan. Teman teman di unit produksi ya menjual kebutuhan seperti anakan kelinci, kandang, obat obatan serta makanan kelinci,” katanya.

Pemerintah Magetan gandeng Unibraw kembangkan peternakan kelinci

Pemerintah Kabupaten Magetan saat ini juga membidik pengembangan peternakan kelinci sebagai usaha unggulan mengingat nilai ekonomisnya yang cukup tinggi.

Apalagi, pengembangbiakan hewan berbulu halus dan tebal tersebut cukup cepat. Dalam satu kelahiran, induk kelinci bisa melahirkan 5 hingga 10 anakan kelinci.

“Usia produktifnya juga cukup cepat. Usia 6 bulan sudah bisa jadi indukan hingga usai 3 tahun,” ujar staf Dinas Pertenakan Magetan Setiawan yang mendampingi Bupati Magetan meninjau peternak kelinci di Desa Tanjungsari.

Untuk lebih mengembangkan usaha peternakan kelinci di wilayahnya, Bupati Magetan Suprawoto bahkan menggandeng ahli dan peneliti dari Universitas Brawijaya yang berasal dari Kabupaten Magetan.


Menurutnya, untuk beternak kelinci tidak membutuhkan biaya tinggi dalam memulai usaha, sementara untuk pemasarannya tidak sulit.

Karena peluang pasar yang cukup besar membuat Suprawoto optimis usaha peternakan kelinci bisa menjadi salah satu komoditas unggulan dari Magetan.

“Nilai ekonomisnya tinggi, lebih menguntungkan daripada beternak sapi maupun kambing. Menjualnya juga tidak susah,” ujarnya.

Desa Tanjung Sari Kabupaten Magetan merupakan sentra peternakan kelinci di Kabupaten Magetan dimana terdapat lebih dari 2000 populasi kelinci yang diternakkan warga.

Di desa tersebut, pertengahan tahun 2018 juga mendapat bantuan pengembangan ternak kelinci dari Kementerian Pertanian sebanyak 25 paket dengan nilai Rp 10 juta per paket.

Sementara dari Provinsi Jawa Timur memberikan bantuan sebanyak 100 paket ekor kelinci dengan nilai Rp 600 ribu per paket termasuk pakan.

Selain di Desa Tanjungsari, Pemerintah Kabupaten Magetan juga akan mengembangkan peternakan kelinci di beberapa desa lainnya seperti Desa Ngiliran Kecamatan Panekan, Desa Bandar Kecamatan Sukomoro dan Desa Bangsri Kecamatan Ngariboyo.

Pemerintah Kabupaten Magetan juga memberikan 5 paket bantuan senilai Rp 250 juta berupa bibit, pakan dan obat obatan untuk pengembangan peternakan kelinci di Desa Cepoko Kecamatan Panekan, Kelurahan Parang Kecamatan Parang, Kelurahan Sarangan Kecamatan Plaosan, Desa Ngancar Kecamatan Plaosan dan Desa Ngancar Kecamatan Plaosan.

https://regional.kompas.com/read/2018/12/02/10182841/geluti-kuliner-dari-daging-kelinci-astuti-raih-omset-puluhan-juta-rupiah-per

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke