MAJENE,KOMPAS.com – Kedatangan Muhammad Hamzah Amirullah, alumnus Universitas Terbuka (UT) di Gedung Lembaga Pendidikan Majene Sulawesi Barat menjadi pusat perhatian sekitar 300 keluarga wisudawan lainnya, Minggu (18/11/2018) lalu.
Ia menarik perhatian ratusan wisudawan bukan karena ia menumpang mobil mewah ke lokasi wisuda, tetapi karena ia membawa becak kebanggaan yang setia menemaninya selama bertahun-tahun hingga lulus kuliah.
Putra sulung dari 7 bersaudara pasangan Usman-Nursamiah ini dengan bangga mengayuh becak sejauh 6 kilometer dari rumahnya di dusun Tanjung Batu, Kelurahan Rangas, Kecamatan Banggae Timur, Majene ke lokasi wisuda sambil membawa ibunda tercintanya Nursamiah.
Duduk di samping ibunya, Hamzah membawa setumpuk buku bacaan ke tempat wisuda. Meski ia bangga dan bersuka cita karena telah sukses menjadi sarjana dengan biaya dan tetesan keringatnya sendiri, ia tak pernah lupa menjadi inspirasi bagi lingkungan sekitarnya.
Buku-buku yang ia bawa ke tempat wisuda ia hamparkan agar bisa memancing minat warga di lokasi untuk membaca buku apa saja.
“Dulu saya mengayuh becak mencari rezeki dari lorong ke lorong memakai topeng. Sekarang saya tak malu lagi. Saya harus bangga membawa ibu saya dengan becak saya sendiri,” tutur Hamzah kepada Kompas.com, Rabu (21/11/2018).
Baca juga: Kisah Abdussalam, Sarjana Fisika yang Sukses Membangun Desanya Jadi Desa Digital
Hamzah bercerita panjang kisah perjalanan hidupnya bersekolah hingga menjadi sarjana manajemen dengan nilai IPK 3,49 yang cukup memuaskan.
Sejak SMP, ia sudah mengayuh becak dari lorong ke lorong dan sudut kota untuk mencari rezeki dan biaya sekolahnya. Mengayuh becak ditekuni Hamzah hingga kuliah di semester 4.
Ada yang berbeda dari tukang becak pada umumnya. Hamzah memakai topeng setiap kali keluar jalan mengayuh becak sambil mencari penumpang.
Selain agar kulitnya tak terbakar matahari, Hamzah tak ingin diolok-olok rekan sekolahnya atau warga dengan profesinya sebagai tukang becak.