Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Adul, Siswa yang Merangkak Sejauh 3 Km demi Sekolah

Kompas.com - 12/11/2018, 20:01 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Farid Assifa

Tim Redaksi

Epi mengaku pernah ada warga yang mempertanyakan kebijakan sekolah menerima Adul.

"Ya, SLB yang terdekat lokasinya cukup jauh dari kediaman keluarga. Dan, pertimbangan ekonomi keluarga juga menjadi alasan kami menerima Adul," tutur dia.

"Kalau memang anak ini mampu kenapa harus kami tolak masuk sekolah kami," kata Epi.

Baca Juga: Saat Anak SD Teriak Petugas Pajak Jahat di Depan Sri Mulyani...

3. Jalur perjuangan Adul, setapak yang curam hingga jembatan bambu

Dari rumahnya di kaki perbukitan Gunung Walat menuju sekolahnya, Adul harus melintasi jalan setapak curam.

Bila musim hujan tiba, jalan tersebut sangat licin dan cukup berbahaya. Adul pun harus berhati-hati.

Setelah itu, Adul harus menyeberangi selokan dengan memanfaatkan jembatan terbuat anyaman bambu.

"Perjalanan seperti ini sudah biasa setiap hari," kata ibunda Adul, Pipin, Sabtu siang.

Pipin pun menceritakan, saat awal masuk kelas 1 hingga kelas 2, Adul harus digendong. Setelah masuk kelas tiga, Adul mulai terbiasa berjalan sendiri.

Untuk mencapai sekolahnya, memang tidak dilakukan dengan terus dengan berjalan kaki. Karena, setelah mencapai jalan desa, Adul bisa menumpang motor ojek sekitar 1 kilometer dengan ongkos Rp7.000 sekali jalan.

"Kalau ada uangnya kami pakai ojek. Tapi kalau lagi enggak ada uang ya terpaksa berjalan kaki sampai sekolah begitu juga pulangnya," kata aku Pipin.

Baca Juga: Bocah SD Ciptakan Alat Pengering Sikat Gigi, Ini Alasannya

4. Pertolongan dari pesantren, perjalanan Adul lebih singkat

Siswa Sekolah Dasar Negeri Cigoong 2 berangkat sekolah dengan meniti jembatan rusak yang menghubungan Desa Karyajaya dan Desa Cigoong Selatan, Lebak, Banten, 7 April 2014. Selama dua tahun mereka menantang bahaya menuju sekolah melalui jembatan ini. Jika memutar mereka harus menempuh perjalanan tiga kilometer untuk mencapai sekolah.KOMPAS IMAGES / KRISTIANTO PURNOMO Siswa Sekolah Dasar Negeri Cigoong 2 berangkat sekolah dengan meniti jembatan rusak yang menghubungan Desa Karyajaya dan Desa Cigoong Selatan, Lebak, Banten, 7 April 2014. Selama dua tahun mereka menantang bahaya menuju sekolah melalui jembatan ini. Jika memutar mereka harus menempuh perjalanan tiga kilometer untuk mencapai sekolah.

Sebenarnya, total jarak rumah Adul ke sekolah bila menggunakan jalan kampung yang utama sekitar 5 kilometer.

Namun setelah Kepala SMA Pesantren Unggul Al Bayan mengizinkan Adul melintas melewati area SMA itu, maka jarak tempuhnya menjadi lebih singkat, hanya sekitar 3 kilometer.

"Alhamdulillah, kami sudah mendapatkan izin dari kepala sekolah Al Bayan. Sehingga perjalanan lebih singkat," kata Pipin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com