Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hanya di Gang Kecil, tetapi Perputaran Uang di Pasar Jajanan Ini Puluhan Juta Rupiah Per Hari

Kompas.com - 12/11/2018, 16:59 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Sejak April 2018 masyarakat Desa Olehsari di Kecamatan Glagah menggelar pasar Jajanan Bengi di gang desa yang berada di kaki Gunung Ijen Banyuwangi. Pasar Jajanan Bengi tersebut digelar setiap Sabtu malam, atau malam Minggu. 

Tidak tanggung-tanggung, walaupun berjualan kuliner tradisional, perputaran uang di pasar Jajanan Bengi tersebut mencapai lebih dari Rp 40 juta dalam semalam. 

Jika dirata-rata, satu pedagang bisa mengantongi Rp 500.00 hingga Rp 1 juta saat berjualan. Di pasar di gang kecil itu, ada 80 pedagang yang berjualan. 

Ansori, ketua paguyuban pedagang makanan Desa Olehsari mengatakan, awalnya pasar Jajanan Bengi hanya diikuti oleh 20 warga yang merupakan perwakilan dari masing-masing RT.

Ide membuat pasar tradisional tersebut muncul karena selama ini masyarakat umum lebih mengenal tradisi Seblang yang digelar di Desa Olehsari setiap setahun sekali saat hari raya Idul Fitri.

Sehingga dengan diadakannya pasar Jajanan Bengi, banyak pengunjung yang datang ke desa Olehsari minimal seminggu sekali.

Baca juga: Startup Pamer Kuliner Kreatif di Surabaya, Ada Kripik Tempe Krezi hingga Sate Kekinian

"Saat ada Seblang, baru banyak orang datang ke desa Olehsari. Itu hanya setahun sekali, setelah itu tidak ada yang datang lagi. Sehingga pihak kecamatan berinisiatif membuat kegiatan jajanan bengi dan masyarakat menyetujui dibantu oleh pihak desa serta karang taruna," jelas Ansori, Senin (12/11/2018). 

Sejak diselenggarakan April 2018, Ansori mengaku pasar Jajanan Bengi selalu rutin dibuka setiap Sabtu Malam mulai jam 18.00 WIB.

Padahal, tidak sedikit desa lain di wilayah Banyuwangi yang juga menggelar acara yang sama, namun menurut Ansori yang membedakan adalah komitmen kuat yang dipegang oleh masyarakat Desa Olehsari.

"Kita sudah buat komitmen setiap malam minggu harus ada pasar jajanan bengi. Kalo di desa lain kadang malam minggu ini ada, malam minggu besok nggak ada. Hal itu yang terkadang buat orang kapok untuk berkunjung,"" jelasnya.

Para pedagang yang semuanya adalah warga Desa Olehsari, biasanya akan mempersiapkan dagangannya selepas sholat Ashar. Mereka meletakkan meja kecil untuk menjajakan makanan dan minum di tepi gang desa secara teratur.

Baca juga: Fadiah, Penari Seblang yang Bercita-cita Menjadi Dokter

 

Untuk tempat makan pengunjung, warga memanfaatkan teras dan halaman rumah. Berbagai macam kuliner khas Banyuwangi tersedia di gang desa tersebut, mulai dari pecel pithik, kopat lodoh, sego tempong, sate jamur, berbagai macam jenis rujak, termasuk pepes ikan hingga pepes tawon.

Sementara jajanan tradisonal juga tersedia lengkap, mulai dari bikang, kucur, lupis, lanun, apem dan berbagai jenis jajanan lainnya.

"Sebut saja makanan dan jajanan tradisonal yang susah di cari, semuanya lengkap ada di jajanan bengi," jelas Ansori.

Untuk ikut berjualan di pasar Jajanan Bengi, harus mengikuti aturan yang telah disepakati yaitu harus warga Desa Olehsari, tidak boleh berjualan jenis makanan yang sama dengan yang sudah ada, membayar uang kas sebesar Rp 10.000 setiap minggu untuk kebersihan lampu jalan, menjual makanan olahan serta menggunakan pakaian khas Using yaitu kebaya hitam dan kain batik untuk perempuan.

Baca juga: Nostalgia di Pasar Jajanan Tradisional Banyuwangi

 

"Setiap minggu juga ada arisan paguyuban dan selalu ada evaluasi untuk memperbaiki kualitas pasar. Contohnya sempat ada yang jualan pete dan sayuran segar, atas masukan anggota, kita larang agar tidak membuat iri pedagang lain. Harus makanan olahan," jelas Ansori.

Jika awalnya pengunjung pasar Jajanan Bengi adalah warga sekitar, saat ini pengujung yang datang beragam bahkan berasal dari luar kota. Bahkan tidak sedikit, tour travel yang mengajak wisatawan untuk datang berkunjung ke Desa Olehsari memburu makanan tradisional Banyuwangi.

Sementara harga kuliner yang dijual juga cukup murah. Pengunjung masih bisa mendapatkan jajanan seharga seribu rupiah."Kita sepakati paling mahal untuk makanan berat Rp 20.000," kata Ansori.

Sementara itu Erna, salah satu warga yang berjualan Kopat Lodoh kepada Kompas.com mengaku setiap pasar Jajanan Bengi ia selalu menyediakan sedikitnya 100 porsi dengan harga per porsi Rp 10.000.

Kopat lodoh adalah salah satu makanan khas masyarakat Using yang biasanya hanya ditemui saat hari raya Idul Fitri. Satu porsi Kopat Lodoh berisi potongan ayam dengan kuah kental dengan bahan dasar parutan kelapa yang disangrai dan potongan ketupat

"Untuk pasar Jajanan Bengi biasanya saya masak 10 kilogram beras dan 12 kilo ayam. Tapi belum jam 8 malam sudah habis. Kalo ditanya untung ya alhamdulilah, bisa buat tambahan kebutuhan rumah sama anak sekolah," kata Erna. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com