Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fadiah, Penari Seblang yang Bercita-cita Menjadi Dokter

Kompas.com - 07/07/2017, 08:53 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Fadiah Yulianti (11), siswa kelas 4 SDN 1 Glagah kembali terpilih sebagai penari Seblang selama tiga tahun berturut-turut sejak tahun 2015 lalu.

Seblang adalah tarian magis yang digelar setiap setahun sekali setelah Hari Raya Idul Fitri di Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, sejak ratusan tahun lalu.

Tarian Seblang dibawakan seorang gadis dalam keadaan tidak sadar atau kesurupan selama tujuh hari berturut-turut mulai jam 14.00 WIB hingga menjelang malam sebagai bentuk ritual bersih desa.

Saat ditemui Kompas.com pada hari ketujuh pertunjukan Seblang, Kamis (6/7/2017), Fadiah bercerita, saat menari, dia tidak merasakan apa-apa dan tidak mengetahui apa yang terjadi di sekitarnya saat dia menari.

"Kalau sudah di panggung, rasanya kayak orang tidur. Enggak tau apa-apa. Tiba tiba saja bangun dan acara narinya sudah selesai. Tapi biasanya habis nari badan capek sekali," kata anak kedua pasangan Misati dan Juli tersebut.

Pengalaman supranatural yang dialami Fadiah bisa dilihat ketika nampan yang dipegangnya terjatuh ketika ketua tokoh adat mulai membakar dupa di depannya.

Fadiah kemudian mulai menari dengan mata tertutup rapat dan menggunakan penutup kepala terbuat dari dedaunan mengikuti irama musik yang dimainkan.

(Baca juga: Gagal Kesurupan, Penari Seblang Pengganti Menari dalam Kondisi Hamil)

Ada sekitar 45 lagu atau gending yang mengiringi Fadiah menari selama kurang lebih sekitar 3 jam. Selama pertunjukan berlangsung, aroma wangi dupa menyebar di area pertunjukan tari Seblang.

Fadiah mengaku, tidak bisa menolak sesepuh desa memilihnya sebagai penari Seblang. Karena mereka percaya, jika pertunjukan Seblang tidak diadakan, akan ada kejadian buruk di kampungnya.

Sejak masih kecil dan belum sekolah, Fadiah bercerita selalu melihat pertunjukan tari Seblang di dekat rumahnya.

Dia juga sering menemani ibunya membuat kembang Dirmo yaitu bunga yang berisi 3 kuntum bunga yang dirangkai di bambu keci yang kemudian dibagikan kepada pengunjung yang melihat Seblang.

"Tiap tahun saya liat Seblang pas masih belum sekolah dan nggak nyangka sekarang dipilih jadi penarinya. Bangga, seneng tapi takut. Campur jadi satu perasannya," ungkap Fadiah.

Dia dipilih karena dia adalah keluarga dari keturunan Seblang yang pertama. Nenek dan sepupunya juga pernah menjadi penari Seblang.

Saat ditanya cita-citanya, Fadiah mengaku ingin menjadi dokter dan tetap akan melanjutkan sekolahnya walaupun dia berasal dari keluarga yang sederhana. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, bapak dan ibunya bekerja sebagai buruh tani.

"Kan selama ini belum pernah ada penari Seblang yang jadi dokter. Semoga ya. Amien," katanya sambil tertawa.

Sementara itu, Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widiyatmoko mengatakan, Seblang telah menjadi bagian dari adat masyarakat Olehsari sejak ratusan tahun yang lalu dulu dan pemerintah berkewajiban untuk melestarikan tradisi tersebut salah satunya adalah dengan memasukkannya dalam rangkaian Banyuwangi Festival.

"Meski beberapa kali hadir di acara ini, saya tetap terkesima dengan tradisi masyarakat sini. Warga di sini tetap menjunjung tinggi tradisinya. Ini yang bikin saya kagum," ungkap Yusuf.

 

Kompas TV Indonesia Jadi Juara Folklore Dunia di Bulgaria
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com