Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendapat Tokoh tentang Politik Genderuwo, "Nggege Mangsa" hingga Melawan Propaganda

Kompas.com - 10/11/2018, 22:26 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Khairina

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menjelang Pemilihan Umum 2014, Sindhunata menulis artikel dengan judul "Awas, Politik Genderuwo", di Harian Kompas, dan ditayangkan di Kompas.com pada hari Sabtu (8/3/2014).

Melalui tulisannya, wartawan senior sekaligus pemangku majalah Basis tersebut, mengajak masyarakat untuk melihat secara cermat dan kritis calon pemimpin yang menjagokan diri menjadi pemimpin atau pejabat.

Bila masyarakat hanya terbuai dengan tampilan luar si calon pemimpin dan janji-janji saat kampanye, tanpa melihat lebih dalam jati diri mereka serta kompetensi dirinya, maka "politik genderuwo" akan mengancam.

Sementara itu, Presiden Jokowi akhir-akhir ini memunculkan kembali istilah tersebut. Jokowi menjelaskan perilaku politik yang tidak beretika baik dan hanya menakut-nakuti rakyat adalah politik genderuwo.

Berikut ini komentar terkait "politik genderuwo" dari sejumlah tokoh.

1. Sindhunata: Politikus nggege mangsa

Ilustrasi pemiluKOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA Ilustrasi pemilu

Dalam artikelnya, Sinduhanata menjelaskan secara gamblang "bahaya" dari calon pemimpin yang hanya memburu kekuasaan dan tidak mempertimbangkan kemampuan mereka untuk menanggung beban tanggung jawab sebagai seorang pemimpin.

Para pemimpin dengan watak nggege mangsa atau hanya ingin cepat memiliki kekuasaan, hanya akan memunculkan "politik genderuwo" yang mengancam demokrasi. Politik genderuwo sendiri digambarkan sebagai situasi politik yang hanya akan menimbulkan stres sosial dan berpotensi menjerumuskan ke politik otoriter.

"Dan, bolehlah kita ingat bahwa mereka-mereka yang kurang berkualitas dalam otoritas tapi berkuasa biasanya cenderung otoriter dan bisa menjerumuskan bangsa ke dalam otoriterisme. Bahaya otoriterisme karena lemahnya otoritas demokrasi itulah ”genderuwo politik” yang paling harus kita takuti. Maka, kita mesti ekstra kritis dan waspada kepada para ”genderuwo politik” itu jika mereka berkuasa nanti.

Baca Juga: Awas, Politik Genderuwo

2. Presiden Jokowi: Politik tak beretika itu politik genderuwo

Presiden Joko Widodo mengenakan pakaian ala Bung Tomo saat bersepeda di depan Gedung Sate yang juga kantor Gubernur Jawa Barat, Sabtu (10/11/2018) pagi. Jokowi lalu memamerkan pistol mainan yang disimpan ditasnya.KOMPAS.com/Ihsanuddin Presiden Joko Widodo mengenakan pakaian ala Bung Tomo saat bersepeda di depan Gedung Sate yang juga kantor Gubernur Jawa Barat, Sabtu (10/11/2018) pagi. Jokowi lalu memamerkan pistol mainan yang disimpan ditasnya.

Setelah menyindir politikus yang tak beretika dengan sebutan "sontoloyo", Presiden RI Joko Widodo melontarkan sebutan " genderuwo".

Sebutan itu disematkan Jokowi untuk para politikus yang tidak beretika baik dan kerap menyebarkan propaganda untuk menakut-nakuti masyarakat.

"Yang tidak pakai etika politik yang baik. Tidak pakai sopan santun politik yang baik. Coba kita lihat politik dengan propaganda menakutkan, membuat ketakutan, kekhawatiran," kata Jokowi saat membagikan 3.000 sertifikat tanah di GOR Tri Sanja, Kabupaten Tegal, Jumat (9/11/2018).

Tak hanya itu, menurut Jokowi, setelah menakut-nakuti rakyat, para politikus itu kerap membuat sebuah ketidakpastian dan menggiring masyarakat menuju ketakutan.
"Cara-cara seperti ini adalah cara-cara politik yang tidak beretika. Masak masyarakatnya sendiri dibuat ketakutan? Enggak benar kan? itu sering saya sampaikan itu namanya politik genderuwo, nakut-nakuti," ungkapnya.

Baca Juga: Jokowi: Sering Nakut-nakuti Masyarakat, Itu Namanya Politik Genderuwo

3. Akbar Tandjung: Perpolitikan kita masih harus diperbaiki

Wakil Ketua Dewan Kehormatan Golkar Akbar Tandjung di Kantor relawan Barisan Nusantara di Rumah Relawan Barnus, Cempaka Putih Timur, Jakarta Pusat, Sabtu (10/11/2018).Reza Jurnaliston Wakil Ketua Dewan Kehormatan Golkar Akbar Tandjung di Kantor relawan Barisan Nusantara di Rumah Relawan Barnus, Cempaka Putih Timur, Jakarta Pusat, Sabtu (10/11/2018).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com