Wakil Ketua Dewan Kehormatan Golkar Akbar Tandjung mengaku tidak mengerti apa yang mendasari Presiden Jokowi melontakan istilah "Politik Genderuwo".
Namun, Akbar mengatakan, pemaknaan Genderuwo merupakan istilah Jawa yang menggambarkan ketakutan dan keseraman.
“Nah saya enggak tahu itu dalam semangat apa. Tetapi artinya itu bahwa beliau (Presiden) tentu melihat perpolitikan kita ini masih ada yang harus kita perbaiki,” ujar Akbar di kantor relawan Barisan Nusantara di Rumah Relawan Barnus, Cempaka Putih Timur, Jakarta Pusat, Sabtu (10/11/2018).
Menurut Akbar, Presiden melontarkan istilah “Politik Genderuwo” dalam rangka untuk memperkuat rasa persatuan dan kebersamaan sebagai bangsa.
Baca Juga: Soal “Politik Genderuwo” Akbar Tandjung Sebut Perpolitikan Indonesia Masih Harus Diperbaiki
Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Andre Rosiade, menilai istilah politik genderuwo yang dilontarkan Presiden Joko Widodo tak cocok diungkapkan di era milenial.
Menurut Andre, rakyat saat ini lebih takut dengan dengan kondisi ekonomi yang semakin tidak menentu.
"Ini kan era milenial. Masa masih saja bawa-bawa genderuwo? Apalagi genderuwo ini kan hanya mitos," kata Andre melalui keterangan tertulis, Jumat (9/11/2018).
"Saya yakin, kalau pun mitos genderuwo itu saat ini nyata, rakyat tetap lebih takut jika melihat harga kebutuhan pokok dan kondisi ekonomi," lanjut dia.
Andre menyatakan, sebagai Presiden sebaiknya Jokowi lebih melihat masa depan bangsa terkait perekonomian negara.
Baca Juga: Jubir Prabowo: Rakyat Lebih Takut Harga Sembako daripada Genderuwo
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Abdul Kadir Karding menyatakan, Presiden Joko Widodo hendak menghadirkan politik yang optimistik di kampanye Pilpres 2019.
"Rakyat mesti diberikan pendidikan politik, mesti diberikan penyataan yang dicerna akal sehat sesuai adat kebudayaan kita dan memiliki makna optimisme ke depan. Itulah yang diharapkan Presiden (melalui pernyataannya)," kata Karding saat dihubungi, Jumat (9/11/2018).
Ia menambahkan, melalui pernyataannya itu Jokowi juga hendak menyindir politisi yang kerap membangun ketakutan karena kerap menggunakan isu palsu dan hoaks saat berkampanye. Hal itu lantas membuat masyarakat menjadi pesimistis dan takut.
"Jadi kalau Pak Prabowo sering melontarkan pesimisme, pernyataan yang propaganda terkait hal yang menakutkan, mungkin yang dimaksud (Jokowi) salah satunya Pak Prabowo," papar Karding.
Baca Juga: Soal "Politisi Genderuwo", Timses Sebut Jokowi Ingin Lawan Propaganda Kubu Prabowo
Sumber: KOMPAS.com (Rakhmat Nur Hakim, Reza Jurnaliston, Caroline Damanik)/ KOMPAS CETAK
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.