Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Relawan Gusdurian Bangun Rumah Tahan Gempa di Lombok

Kompas.com - 02/11/2018, 12:40 WIB
Fitri Rachmawati,
Farid Assifa

Tim Redaksi

LOMBOK, KOMPAS.com - Relawan dari berbagai daerah yang tergabung bersama Relawan Gusdurian mengagas bantuan rumah tumbuh atau rumah transisi tipe 21 pada korban gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Koordinator Tim Kemanusiaan Gusdurian untuk korban Gempa Lombok, A'ak Abdullah Al-Kudus, kepada Kompas.com, Jumat (2/11/2018) mengatakan, gagasan itu muncul setelah relawan melihat kenyataan di lapangan masih banyak korban gempa yang kehilangan rumah namun belum dibangunkan kembali sesuai janji Presiden Joko Widodo. Padaha, dana bantuan untuk rumah telah cair.

“Kami ingin meringankan beban psikologi masyarakat atau kawan-kawan korban gempa ini yang telah kembali ke tanah mereka tapi rumah tak kunjung didirikan. Kami menawarkan bantuan membangunkan mereka rumah, tanpa menganggu atau menggugurkan hak warga menerima dana bantuan rumah pemerintah," jelas A’ak.

Dijelaskannya bahwa bantuan rumah yang mereka tawarkan adalah Rumah Transisi Gusdurian, bertipe 21 atau ukuran 4x6 meter. Ada yang menyebut bantuan tersebut semacam "Rumah Tumbuh" tapi bukan huntara (hunian sementara) bukan juga huntap (hunian tetap). Jaminannya rumah tersebut tahan gempa hingga maksimal 6,8 magnitudo.

“Catatannya, kelak jika bantuan dari pemerintah untuk korban gempa Lombok ini sudah turun, si pemilik rumah bisa mengembangkan lagi rumah ini tanpa harus membongkar rumah transisinya," jelasnya lagi.

Pembangunan rumah ini semaksimal mungkin memanfaatkan bahan bangunan bekas (recycle) seperti bata, kayu dan besi, dengan konsep gotong-royong, yakni arisan tenaga dan bahan bangunan bekas.

Baca juga: 4 Fakta Terbaru Gempa Lombok, MH Ajukan Praperadilan hingga Rumah Tahan Gempa

Kekurangannya akan dibantu oleh Gusdurian dari donasi yang terkumpul di Lumbung Amal Yayasan Bani KH Abdurrahman Wahid. Bantuan tersebut berupa semen, paku, cat, dan kebutuhan bahan bangunan lainnya.

“Tujuan utama kami bukan pada bangunan rumahnya, tapi pada transfer teknologinya dan menggugah kembali budaya gotong-royong serta kemandirian warga. Karena semangat inilah yang mesti ditumbuhkan di masyarakat," kata A’ak.

Arvan Rahmana ST, arsitek yang merancang ketahanan bangunan dari gempa, menjelaskan, bangunan yang akan dirancang untuk warga berangkat dari kebutuhan dan ide warga. Ide tersebut secara teknis diwujudkan dalam fondasi rumah kuat, termasuk dinding dan atapnya.

“Dengan nilai bantuan Rp 3 hingga 5 juta, warga bisa mulai membangun dengan bahan bahan mereka yang tersisa, dan yang utama adalah proses pembangunan dilakukan secara swadaya atau gotong-royong,” kata Arvan yang secara teknis merancang bangunana sesuai standar tahan gempa seoerti yang ditawarkan Kementerian PUPR.

Arvan mengatakan bahwa apa yang digagasnya bersama relawan Gusdurian ini semata-mata karena keprihatinan kepada korban gempa yang memiliki semangat pulang, namun rumah yang mereka impikan tak kunjung dibangun.

"Mungkin (warga korban gempa) masih menanti giliran. Sebab, memang sangat banyak yang akan dibangun dengan beragam masalah teknis di lapangan. Itu hampir merata di 4 kabupaten/kota yang terdampak gempa. Kami hanya ingin membantu, meringankan beban kerja pemerintah sekaligus melegakan warga," ungkapnya.

Arvan menekankan, proses pembangunan tidak dilakukan sembarangan. Melalui perencanaan yang matang tetapi singkat atas persetujuan warga, pihak desa, tim pokmas yang ada dan semua pihak terkait. Tim Gusdurian juga telah bertemu dengan BNPB, Kamis lalu ketika berada di Mataram.

“Kami ingin tegaskan bahwa masyarakat penerima bantuan rumah Gusdurian tak akan menghapus hak mereka menerima dana bantuan rumah pemerintah yang nilainya Rp 50 juta untuk rusak berat, Rp 25 juta untuk rusak sedang dan Rp 15 juta untuk rusak ringan. Kami ingin pastikan itu,” katanya.

Menanti rumah impian

Apa yang disampaikan Arvan cukup beralasan, karena di beberapa titik yang dikunjunginya masih banyak rumah bantuan yang belum utuh berdiri dan belum siap ditempati. Kemudian bersama warga di Desa Pohgading, Lombok Timur, Arvan membabgun 10 unit rumah tumbuh dengan biaya tak lebih dari Rp 5 juta. Sebagian bahannya berasal dari sisa bangunan warga yang terselamatkan.

“Kebutuhan papan itu sangat penting, yaitu rumah. Jika itu terpenuhi, mereka bisa melanjutkan hidup pasca-bencana ini,” katanya optimistis.

Tim Relawan Gusdurian ini berencana memulai melakukan pembangunan pada pekan depan. Tahap awal pembangunan rumah tumbuh di Desa Kekait (Lombok Barat), Desa Genggelang dan Bentek (Lombok Utara) dan desa Dadap (Lombok Timur).

“Untuk tahap awal akan dibangun 100 unit rumah dan insya Allah bisa bertambah,” kata A’ak

Hingga saat ini, di sejumlah titik di Pulau Lombok, warga banyak yang masih menanti rumah bantuan bisa segera mereka tempati. Misalnya warga di Desa Beriri Jarak, Kecamatan Wanasaba Lombok Timur. Sebanyak 94 kepala keluarga sepakat bersama Kelompok Masyarakat (Pokmas) membangun rumah instan sederhana (Risha). Namun baru satu tiang rumah Risha yang berdiri, belum ada atap dan dindingnya.

“Saya dijanjikan bulan depan, ini sudah dua bulan tiang rishanya berdiri, tapi saya tidak tahu kapan akan selesai," kata Lalu Saparuddin.

Baca juga: Dedi Mulyadi Siap Bangun Rumah Tahan Gempa Khas Sunda di Lombok

Berdasarkan data Pemerintah Provinsi NTB, jumlah warga yang telah terdaftar di rekening penerima dana bantuan rumah tercatat 177.800 kepala keluarga. Rekening yang siap diberikan sebanyak 110.807 KK dan baru 5.870 rekening yang telah disalurkan dari 31.766 rekening yang telah terisi dana bantuan. Jadi tersisa 25.896 KK yang belum menerima buku rekening

Sementara ini telah terbentuk 413 Pokmas untuk 6.304 KK. Dari jumlah itu, baru 268 Pokmas yang telah mencairkan dana untuk 4.335 KK.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com