Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta Perjuangan Dapatkan Air Bersih, Turuni Bukit Terjal hingga Berjalan Kiloan Meter

Kompas.com - 18/10/2018, 19:24 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Reni Susanti

Tim Redaksi

"Mengambil air di sungai ini bukan pekerjaan gampang. Kita harus naik turun tebing. Pulangnya pikul jeriken kapasitas 25 liter berisi air untuk keperluan minum dan memasak," kata Suaidin, salah seorang warga Rabu (6/6/2018).

Untuk keperluan minum dan memasak, pada pagi dan sore, warga mengambil air di sungai tersebut.

Karena tak ada sumber air lain, warga sekitar juga ramai berdatangan ke sungai untuk mandi dan mencuci serta buang air.

"Di desa ini tak ada sumber air lain mas, makanya kita ngambil air di sini. Mandi dan mencuci juga di sungai," kata Suaidin.

Baca Juga: Tiga Bulan Air Bersih Tak Mengalir, Warga Rela Berjalan Kaki ke Sungai

3. 82 desa di Grobogan mengalami krisis air bersih

Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Grobogan, permintaan droping air bersih dari puluhan desa itu sudah berlangsung sejak awal Juni.

"Sejauh ini kami sudah melakukan droping air bersih menggunakan truk tangki sebanyak 57 kali. Musim kemarau di Grobogan baru memasuki 2 bulan ini," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Grobogan, Budi Prihantoro, Kamis (26/7/2018).

Menurut Budi, ada 82 desa yang terdampak kekeringan dan hampir 50 persennya mengalami krisis air bersih parah.

"Selain mengandalkan suplai air bersih, warga juga mencari sumber mata air di sungai, sawah, dan sumur buatan," tutur Budi.

Baca Juga: Memasuki Kemarau, 82 Desa di Grobogan Alami Krisis Air Bersih

4. Harga air bersih mahal, warga manfaatkan lubang bekas sumur bor

Pariman (55), warga Dusun Baturturu, Desa Mertelu, Gedangsari, Gunungkidul, sedang mengambil air bersih dari bekas pipa sumur bor, Kamis (13/9/2018).KOMPAS.com/Markus Yuwono Pariman (55), warga Dusun Baturturu, Desa Mertelu, Gedangsari, Gunungkidul, sedang mengambil air bersih dari bekas pipa sumur bor, Kamis (13/9/2018).

Warga Desa Mertelu, Kecamatan Gedangsari, harus merogoh kocek Rp 350.000 untuk membeli air 5.000 liter. Air bersih sebanyak itu bisa mencukupi mereka selama kurang lebih satu bulan.

Namun sayangnya, penghasilan mereka sebagai petani tidaklah cukup untuk membelinya.

"Maklum mas, kondisi jalan ke sini cukup sulit sehingga harganya mahal dibandingkan wilayah lainnya," kata Pariman, salah seorang warga Desa Mertelu, Kamis (13/9/2018).

Untuk itu, warga desa memilih mencari sumber air, meskipun hal itu tidaklah mudah.

Warga memanfaatkan sumur warga area persawahan, bak penampungan yang biasa digunakan untuk menampung bantuan air dan bekas sumur bor yang debitnya rendah sehingga hanya tersisa sedikit air.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com