Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta Baru Gempa dan Tsunami Sulteng, Kendala Evakuasi hingga Pengejaran Napi yang Kabur

Kompas.com - 10/10/2018, 09:00 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Dibutuhkan 6 unit ekskavator amfibi untuk melakukan proses evakuasi. Namun demikian, hingga saat ini tim SAR masih kesulitan mencari ekskavator tersebut.

"Kondisi di Desa Jono Oge tanah belum stabil. Sudah mulai ada tanah yang mengering, namun banyak bagian tanah yang masih sangat basah," kata Sutopo.

Baca Juga: Evakuasi Sulit di Petobo hingga Jono Oge, 5000 Orang Diperkirakan Masih Tertimbun

3. Wapres Jusuf Kalla sarankan relokasi warga Balaroa

Pascagempa bermagnitudo 7,4, tanah di daerah tersebut kehilangan kekuatannya sehingga menyebabkan bangunan di atas tanah tidak dapat ditahan oleh lapisan tanah (likuefaksi).

"Mau diambil pun (korban yang tertimbun) berbahaya karena tanahnya labil sekali. Hanya bisa dengan alat berat, tapi kalau alat beratnya tenggelam juga bisa korban lebih banyak lagi," ujar Kalla di Kantor Wakil Presiden, Selasa (9/10/2018).

"Alat berat PMI juga tenggelam di situ. Ketika diangkat keluar, rusak karena batu-baru masuk ke dalam tanah juga," sambung dia.

Oleh karena itu, ia mengatakan, tak bisa lagi masyarakat tinggal di area tersebut. Relokasi warga adalah opsinya. Namun, pemerintah belum menentukan lokasi realokasi warga Belaroa.

"Harus relokasi, harus relokasi. Sedang disiapkan gubernur tempatnya," kata Wapres.

Baca Juga: Wapres Kalla: Tanah di Balaroa Palu Labil, Warga Harus Direlokasi

4. Evakuasi korban bencana akan dihentikan 11 Oktober

Sutopo Purwo NugrohoKOMPAS.Com/Fitria Chusna Farisa Sutopo Purwo Nugroho

Upaya evakuasi, pencarian, dan penyelamatan korban terdampak gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah, akan berakhir 11 Oktober 2018.

Keputusan tersebut diambil setelah rapat koordinasi yang melibatkan Gubernur Sulawesi Tengah, pemda setempat, BNPB, Badan SAR Nasional (Basarnas) dan perwakilan sejumlah kementerian dan lembaga terkait.

"Evakuasi korban yang tertimbun lumpur di Petobo, Jono Oge, dan amblesan Balaroa, juga wilayah lainnya, akan dihentikan secara resmi pada tanggal 11 Oktober 2018. Mengapa? Karena kondisinya jenazah sudah dalam kondisi melepuh, tidak dikenali," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho di kantor BNPB, Selasa (9/10/2018).

BNPB mencatat, ada 671 orang hilang yang diperkirakan masih tertimbun reruntuhan bangunan dan lumpur. Selain itu, diperkirakan 5.000 orang di Kelurahan Balaroa, Petobo, dan Jono Oge juga masih belum ditemukan.

Baca Juga: Ini Alasan Pencarian Korban Bencana Sulteng Dihentikan 11 Oktober

5. Polisi kejar napi yang kabur saat gempa dan tsunami

Kebakaran di Rumah Tahanan Donggala, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9/2018) pasca kerusuhan tahanan. Kerusuhan dipicu permintaan narapidana dan tahanan dibebaskan untuk menemui keluarga yang terkena musibah gempa tidak dipenuhi. Sekitar 100 tahanan dikabarkan melarikan diri.KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO Kebakaran di Rumah Tahanan Donggala, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9/2018) pasca kerusuhan tahanan. Kerusuhan dipicu permintaan narapidana dan tahanan dibebaskan untuk menemui keluarga yang terkena musibah gempa tidak dipenuhi. Sekitar 100 tahanan dikabarkan melarikan diri.

Menurut data Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM per Senin (8/10/2018), sebanyak 1.096 tahanan dan warga binaan masih berada di luar tahanan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com