Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Viki, Lari dari Lantai 7 hingga Tertimbun 5 Jam saat Gempa Palu

Kompas.com - 03/10/2018, 17:34 WIB
Andi Hartik,
Reni Susanti

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Peristiwa gempabumi dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah pada Jumat (28/9/2018) masih membekas dengan jelas di ingatan Viki Mahardika (18).

Mulai dari guncangan pertama yang ia rasakan, hingga guncangan kedua bermagnitudo 7,4 yang menghancurkan ribuan unit bangunan, termasuk bangunan Hotel Roa Roa, tempatnya menginap.

Viki merupakan atlet paralayang asal Kota Batu yang tengah mengikuti kejuaraan dalam Festival Palu Nomoni 2018.

Kebetulan, ia bersama para atlet lainnya menginap di Hotel Roa Roa selama kejuaraan berlangsung.

Baca juga: Cerita Wahyudi, Atlet Paralayang yang Selamat Saat Gempa Guncang Palu

Viki merupakan salah satu korban yang selamat dalam peristiwa tersebut, meski ia sempat tertimbun reruntuhan hotel berlantai delapan itu selama lima jam.

"Saya terjatuh, tertidur menyamping tertimpa beton. Telinga sudah kemasukan pasir," katanya saat ditemui di rumahnya di Jalan Cemara Pinus, Kelurahan Sidomulyo, Kota Batu, Rabu (3/10/2018).

Viki mengatakan, guncangan pertama yang dirasakannya terjadi sekitar dua jam sebelum guncangan kedua yang merusak banyak bangunan.

Saat guncangan pertama, Viki dan semua penghuni hotel masih bisa menyelamatkan diri. Sebab, kondisi hotel masih utuh.

"Sadar ada gempa, lari turun ke tangga. Nyampe ke lobi, kita nyantai," katanya.

Setelah di rasa aman, Viki bersama penghuni lainnya kembali ke kamar masing-masing. Viki masih sempat ambil cuciannya di laundry depan hotel sebelum kembali ke kamarnya di lantai 7.

Baca juga: Atlet Paralayang Ardi Kurniawan Sempat Minta Doa Sebelum Berangkat

Tidak lama berada di dalam kamarnya, Viki kembali merasakan guncangan, sekitar pukul 17.15 Wita.

Ia yang berada satu kamar dengan Serda Fahmi, atlet paralayang lainnya, kembali lari menyelamatkan diri melalui tangga darurat.

"Lari, pokoknya sudah tidak tahu, lari," bebernya.

Saat itu, kondisi di tangga darurat gelap. Aliran listrik di hotel tersebut mati seiring dengan guncangan yang terus menerus akibat gempa.

Aksi Viki terhenti setelah ia terbentur tembok dan terjatuh. "Perkiraan saya itu lantai tiga. Sudah kejebak tidak bisa turun. Kelempar ke tembok, terus saya tidak bisa bangun," jelas Viki.

Saat itu, ia sudah tidak bisa bergerak karena reruntuhan bangunan hotel menimpa tubuhnya. "Hanya tangan kiri saya yang bisa bergerak. Tapi untuk menjangkau ke atas, masih ada batu lagi," bebernya.

Viki berteriak mengikuti para korban lainnya yang ramai-ramai berteriak. Bahkan saat adzan Maghrib berkumandang, Viki ikut melantunkannya supaya bisa selamat meski berada di dalam reruntuhan bangunan.

"Maghrib itu masih ada orang adzan. Dari saking takutnya, saya juga teriak adzan," katanya.

Saat itu, gelap sudah menghampiri. Suara teriakan dari korban mulai lenyap. Viki pun berusaha mengatur keadaan supaya bisa bertahan di antara puing bangunan.

Sesekali ia berteriak jika mendengar ada orang mendekat, setelah itu ia kembali terdiam, mengatur napas di antara debu reruntuhan yang menyelimutinya.

Baca juga: Setelah Gempa Pertama, Atlet Paralayang Ardi Kurniawan Sempat Hubungi Istrinya

"Kalau ada orang mendekat saya teriak. Terus saya berusaha tenang dan mengatur tenaga. Kalau tidak begitu bisa-bisa pingsan. Saya coba tenang. Coba ngatur napas supaya tidak sesak. Soalnya debu-debu sudah masuk ke kuping," imbuhnya.

Sekitar jam 22.00 Wita, setelah lima jam tertimpa puing bangunan, Viki ditolong warga setempat. Viki diangkat dari reruntuhan bangunan hotel berlantai delapan yang menimpanya.

Viki lalu dibawa ke tenda pengungsian. Di sana, dia mendapatkan perawatan. Luka di sekujur tubuhnya dibersihkan.

"Di pengungsian itu dibersihkan dan dikasih obat pereda nyeri," ungkapnya.

Keesokah harinya, Sabtu (29/9/2018), Viki bersama korban selamat lainnya dibawa ke Makassar, Sulawesi Selatan.

Kemudian pada Minggu (30/9/2018), Viki dibawa ke Malang menggunakan pesawat Hercules milik TNI Angkatan Udara.

Sesampainya di rumahnya di Kota Batu, Viki langsung dibawa ke Rumah Sakit Karsa Husada Kota Batu untuk menjalani perawatan lebih lanjut.

Saat ini, Viki sudah pulang ke rumahnya dengan luka yang masih membekas di sekujur tubuhnya. "Syukur tidak ada tulang yang patah," kata lulusan MAN 1 Kota Batu itu.

Viki menjadi korban selamat bersama rekannya, Gigih Iman. Sedangkan Ardi Kurniawan yang juga atlet paralayang dari Kota Batu ditemukan meninggal.

Kompas TV Warga masih bertahan di pengungsian karena rumah mereka sebagian besar sudah hancur pasca-gempa Jumat (28/9) lalu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com