Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berebut Berkah di Pantai Glagah...

Kompas.com - 21/09/2018, 16:13 WIB
Dani Julius Zebua,
Khairina

Tim Redaksi

 

KULON PROGO, KOMPAS.com –Hajad Dalem Labuhan berlangsung di Pantai Glagah, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Labuhan ini merupakan ritual tahunan keluarga Kadipaten Pakualaman.

Labuhan terlaksana setiap 10 Suro sebagai tradisi keluarga Pakualaman sejak jaman kerajaan Mataram Islam. Kebetulan, tanggal 10 Suro jatuh pada hari Jumat, 21 September 2018.

BPH Kusumo Bimantoro, seorang putra dalem dari Sri Paduka Paku Alam IX, tampak hadir dalam prosesi labuhan ini.

“Labuhan ini sukses. Tidak ada perbedaan dengan tahun sebelumnya, namun kami ingin lebih baik lagi dan teratur lagi,” kata Kusumo.

Tujuan labuhan, menurut Kusumo, ingin memanjatkan doa dan harapan untuk memperoleh karunia, ketenteraman, dan berkah yang lebih baik dari Tuhan Yang Maha Esa.

“Pasti kita ada kesalahan-kesalahan. Maka kita melabuh yang jadi keinginan kita,” kata Kusumo.

Baca juga: Di Balik Makna Peringatan 1 Suro bagi Masyarakat Jawa...

Terdapat tiga gunungan yang dilarung, yakni gunungan uba rampe berupa sayur mayur dan palawija, gunungan padi, dan gunungan pakaian dan kain. Pakaian itu ada pula yang dibungkus dengan kain mori. Selain 3 gunungan itu ada juga pangan seperti ingkung hingga pisang.

Abdi dalem dan kerabat Pakualaman menggotong gunungan itu sambil jalan kaki dari pesanggrahan Puro Pakualaman, yang berada di dekat pintu masuk Pantai Glagah. Para prajurit keraton Pakualaman serta masyarakat umum mengiringi gunungan itu.

Labuhan menarik pengunjung dan masyarakat sekitar untuk datang. Ribuan orang bahkan sudah menunggu di Glagah sejak pagi.

Warga ngalap berkah. Ribuan orang menyerbu gunungan padi, sayur mayur, dan penganan begitu sampai di tepi pantai Glagah. Sedangkan gunungan pakaian dan sandang berhasil dilarung ke lautan.

Baca juga: Pendakian Lawu Ditutup, Ritual Suro Tetap dapat Dilakukan

Sukesmi, 63 tahun, seorang petani cabai dan padi di tanah relokasi pembangunan Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA). Warga terdampak pembangunan NYIA ini memperoleh  segenggam padi setelah berdesakan ikut merebut isi gunungan.

Padi ini, kata Sukesmi, nantinya hanya disimpan saja. Ia beralasan, merebut padi memacu dirinya untuk bertani lebih keras agar hasil-hasilnya bisa segemuk padi yang dimiliki keluarga Pakualaman.

“Saya sejak semula memang mengincar padi biar kalau menanam padi nanti lemune (padi segemuk) jadi seperti ini,” kata Sukesmi.

Indah Prawesti, 43 tahun, pedagang di Pantai Glagah. Ia sempat mengambil segepok kacang panjang dan berencana memasak kacang panjang itu untuk konsumsi sendiri.

Sebagai warga yang hari-hari berada di Glagah, ia tidak pernah melewatkan tradisi ngalap berkah atau saling berebut isi gunungan keluarga Kadipaten Pakualaman melarung di Glagah.

“Tadinya mau ambil ingkung tapi telanjur. Rebutannya harus saling dorong-dorongan. Hampir setiap tahun selalu seperti ini. Yang dicari moga-moga dapat berkah,” kata Indah.

Kompas TV Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta menetapkan status darurat bencana kekeringan di wilayahnya, Senin (13/8)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com