Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lurik yang Semakin Eksis

Kompas.com - 06/09/2018, 07:03 WIB
Dani Julius Zebua,
Khairina

Tim Redaksi


Bangun Karyo memproduksi empat jenis lurik, yaitu Lajuran, Pakaian Malang, Cacahan dan Hujan Gerimis. Masing-masing motif memiliki ciri sendiri tetapi menonjolkan garis. 

Pembina Bangun Karyo, Udjik Sudaryati, menjelaskan pesanan banyak berdatangan dari sejumlah instansi pemerintah di DIY. Sedangkan bahannya menggunakan benang katun, sehingga nyaman untuk dipakai oleh konsumen.

"Kami produksinya tenun lurik, jadi kita fokus ke luriknya, meski yang sudah dalam bentuk jadi juga sudah ada, seperti surjan, kebaya, dll tergantung pesanan," kata Udjik.

Industri tenun ini bekerja sama dengan Ova Collection, sebuah usaha yang membuat busana dan menjual hasil produksi tenun, bukan hanya surjan, kebaya, tapi hem dan blus. 

Penjahit busana bernama Solahudin (48) mengatakan, ia sendiri mampu membuat 2-3 baju surjan dalam satu hari menjahit. Satu bulan, ia sanggup sedikitnya menjahit 65 busana.

"Lumayan, saya bisa menghasilkan lebih dari UMR. Saya juga seorang penjahit umum, selain menjahit surjan dari tenun Bantarjo ini," kata Solahudin.

Ia mengatakan, produksi busana kebaya lurik untuk wanita juga tinggi. Solahudin mengatakan, setidaknya satu bulan lebih dari lima kebaya sehari atau sekitar 150 baju kebaya lurik dalam satu bulan.

Setelah menjadi busana, harganya bersaing. Solahudin mengatakan, satu potong surjan atau kebaya bisa dibanderol antara Rp 150.000-200.000.

"Tergantung kualitas kain dan variasi jahitan," kata Solahudin.

Baca juga: Melihat Pembuatan Kain Tenun Lurik Tradisional Bantul

Cinta produk lokal

Kepala Bidang Pemberdayaan Koperasi dan UMKM Kulon Progo, M Haryono mengatakan, warga sudah mengenal produk kain tenun lurik sejak lama. Salah satu yang paling lama adalah Koperasi Tenun Mumbul di Boro, Banjarasri, Kalibawang. 

Puluhan perajin tenun ATBM pernah bercokol di Mumbul sampai sekarang. Mereka bisa memproduksi kain, serbet, selimut, sarung, kain pel, waslap, baju pelajar, dan stagen. Produk Mumbul tersebar ke banyak daerah di Indonesia. 

Bupati Kulon Progo, Hasto Wardoyo mengembangkan pertumbuhan tenun ini lewat Gerakan Bela dan Beli Kulon Progo, yakni gerakan mencintai produk lokal. Dinas Koperasi dan UMKM pun menyambutnya dengan mengirim 10 orang untuk berlatih tenun dan bantuan peralatan tenun di 2106. 

Mereka mengharapkan tumbuh perajin sekaligus variasi motif tenun lurik khas Kulon Progo dari hasil pelatihan itu. Dengan demikian, industri tenun bisa menjadi salah satu yang mendongkrak perekonomian di wilayah Kulon Progo. 

"Ada tiga UKM tenun di Kulon Progo yang pertama Ngrojo di Nanggulan, kedua Tenun Bantarjo, dan berikutnya Mumbul. Semua menggunakan alat tenun bukan mesin," katanya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com