Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga yang Tergusur dari Lahan Bandara NYIA Sulit Diprediksi

Kompas.com - 27/07/2018, 18:35 WIB
Dani Julius Zebua,
Reni Susanti

Tim Redaksi

Kompas TV Ratusan bangunan sepanjang tujuh kilometer yang menempati lahan irigasi milik PSDA Jawa Tengah

"Yang paling baik Kulon Progo dan Yogyakarta. Intinya warga itu diperhatikan. Disampaikan (Komnas) secara lisan, penanganan itu menurut Komnas sudah cukup. Tapi kan rekomendasi nanti tertulis, jadi bisa beda," ungkap Sukoco.

Pertemuan utusan Komnas HAM dan Pemkab berlangsung Kamis (26/7/208) sore. Mereka merupakan peneliti dari bagian kemajuan HAM dan penegakan HAM. Usai bertemu Pemkab, mereka mendatangi warga terdampak.

Kurang Cermat

Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak, Eka Pranyata mengakui pemetaan pada warga hanya sampai kebutuhan warga, usia, hingga kondisi warga.

Pemetaan itu hanya untuk penanganan lebih lanjut pasca warga keluar dari IPL, misal untuk pemberdayaan masyarakat.

Ia mengakui, pemerintah belum memiliki rencana dalam menangani kemungkinan warga yang memaksa bertahan sehingga memunculkan potensi masalah sosial baru kinj.

Masalah itu bisa berlanjut dengan gangguan kesehatan, persoalan makanan, persoalan tempat tinggal tidak layak. Padahal, kata Eka, warga sebenarnya memiliki daya.

"Masalah sosialnya seperti ini hanya bisa diselesaikan gabungan (multi pihak) lintas. Sekarang jadi kerawanan sosial karena mereka nekat tinggal di tempat tidak layak," kata Eka.

Baca juga: Warga Bukit Duri Memenangi Class Action soal Penggusuran di Tingkat Banding

Eksekusi penggusuran berlangsung satu minggu lalu. PT Angkasa Pura I (Persero) dan PT Pembangunan Perumahan (PP) memindahkan warga 36 KK yang terus bertahan di IPL.

Mereka mengeluarkan paksa warga dari rumah. Semua barang dipindahkan ke rumah relokasi maupun sewa, lantas menggusur rumah yang warga tempati.

Rencananya, warga tergusur ditempatkan di 20 rumah tinggal sementara di sekitaran bandara.

Pemkab Kulon Progo juga turun tangan dengan menyediakan 5 rumah relokasi lain bagi warga. 

Mayoritas warga tergusur malah menolak penggusuran. Mereka juga menolak barang mereka dipindahkan, dan memilih mendirikan tenda di sekitar bandara, maupun bertahan di Masjid Al Hidayah di dalam IPL. Beberapa yang lain bertahan di antara puing.

Sedangkan rumah sewa maupun rumah relokasi tidak diminati, termasuk rusunawa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com