Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suka Duka Tenaga Kesehatan di Pedalaman: Mengabdi di Tengah Rimba, Menahan Rindu Bertemu Keluarga

Kompas.com - 21/06/2018, 16:44 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Ia mengatakan, keterbatasan sinyal komunikasi menyebabkan tak terlalu mengikuti perkembangan terbaru terkait dunia kedokteran.

Sementara itu, Wahid mengungkapkan, mengabdi di pedalaman membuatnya harus menahan rindu bertemu orangtua dan sanak saudara.

“Jauh dari orangtua. Dua tahun saya tidak pernah bertemu kedua orangtua saya, karena selepas S2 di Jogja langsung ditugaskan di pedalaman,” kata Wahid, yang berasal dari Sulawesi Tenggara.

Para tenaga kesehatan ini mulai bertugas sejak Mei 2017. Cuti tahunan baru didapatkan setelah setahun pengabdian.

Lebaran tahun ini menjadi kali pertama mereka mendapatkan libur dan kembali ke kampung halaman.

Suka

Kesulitan yang mereka rasakan sebanding dengan kebahagiaan yang mereka dapatkan.

Menurut Amalia, pengabdian ini menjadi kesempatan bagi dirinya untuk menjadi orang baik.

“Saya sadar bukan orang baik, jadi menurut saya, cuma dengan bantu orang sakit saya bisa jadi baik. Saya senang bisa rawat pasien dan ikuti perjalanannya sampai sembuh, saya bersyukur Allah jadikan saya dokter,” kata Amalia.

Keluarga baru yang ia temui di pedalaman juga menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Amalia.

“Rasa kekeluargaan (tinggi). (Masyarakat) Sayang semua dengan kami tim medis dan pendatang lainnya. Mereka baik-baik banget,” ungkap Amalia.

Baca juga: Dokter Amalia dan Kisahnya Tentang Distrik Ninati, Boven Digoel, Papua

Kebahagiaan juga turut dirasakan oleh Wahid selama mengabdi di Papua.

“Bisa memberikan pelayanan langsung ke masyarakat, bisa langsung mengaplikasikan ilmu, rasanya semua ilmu yang didapatkan semasa kuliah bisa langsung diaplikasikan,” kata Wahid.

Pengabdian yang mereka lakukan di pedalaman Papua akan berlangsung hingga pertengahan tahun 2019.

Setiap bulannya, para tenaga kesehatan ini mendapatkan imbalan berupa gaji, tunjangan, dan beasiswa pendidikan dari Kementerian Kesehatan.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com