Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Syawalan di Grigak, Saling Maaf hingga Ucapan Terima Kasih untuk Umat Katolik

Kompas.com - 17/06/2018, 07:42 WIB
S Jumar Sudiyana,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

KULONPROGO, KOMPAS.com - Hari Raya Idul Fitri selalu dinantikan setiap orang, terutama bagi para perantau yang melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman untuk silaturahim dengan handai taulan.

Hal menarik dan selalu dinantikan adalah tradisi syawalan atau halal bihalal yang dilakukan Warga Pedukuhan Grigak, Giripurwo, Girimulyo, Kulon Progo, Yogyakarta.

Ketua RW 06 Pedukuhan Grigak, Parjono (55), mengatakan, tradisi syawalan sudah berlangsung puluhan tahun dan biasanya dilakukan pada hari kedua Lebaran atau malam ketiga Lebaran.

"Kegiatan syawalan atau halal bihalal ini sebagai upaya mempersatukan seluruh warga pedukuhan desa yang merantau dan sebagai upaya saling maaf memaafkan di bulan yang fitri ini," ujar Parjono, Jumat (16/6/2018)

Sebelumnya, rangkaian acara halalbihalal diawali dengan ikrar saling maaf oleh tetua desa yang kemudian diikuti oleh seluruh warga desa yang hadir.

Tradisi syawalan pada tahun 2018 di Grigak diikuti lebih dari 400 orang, mulai dari orang tua, muda dan anak-anak.

Panjang antrean warga yang ikut tradisi syawalan mengular hingga 300 meter di jalan raya.

Parjono menambahkan, umat Islam di Pedukuhan Grigak juga secara khusus mengucapkan terima kasih kepada Orang Muda Katolik (Mudika) St Tarsisius, Stasi Niten, Paroki Nanggulan yang ikut mengamankan jalannya takbir keliling pada malam Idul Fitri 1439 Hijriyah.

"Persatuan, keharmonisan dan toleransi warga Pedukuhan Grigrak tidak bisa dirusak dengan isu agama dan ini ditunjukkan dengan support adik-adik Muda Mudi Katolik Grigak yang ikut partisipasi mengamankan jalannya takbir," tambah Parjono.

Tradisi Syawalan ini juga menjadi momen temu kangen sesama warga yang merantau di berbagai kota di Indonesia mulai dari Jakarta, Bandung, Riau, Surabaya, Semarang, Tangerang dan Bekasi.

Sementara itu, Kepala Dukuh Grigak, Subiasih Triyanto (45), mengatakan momen tradisi syawalan ini menjadi momen menjaga keharmonisan warga masyarakat terlebih dalam menghadapi tahun politik 2019 mendatang.

"Semoga momen syawalan ini menjadikan warga semakin dewasa akan semangat kebersamaan, keberagaman dan toleransi terutama menghadapi tahun politik mendatang " ujar Subiasih.

Dia berharap, keharmonisan serta semangat saling memaafkan tanpa harus melihat pangkat, jabatan serta kedudukan ini akan terus terjaga dari generasi ke generasi di Pedukuhan Grigak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com