Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harimau Bonita akan Diobservasi terkait Perubahan Tingkah Laku

Kompas.com - 21/04/2018, 21:57 WIB
Citra Indriani,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

PEKANBARU,KOMPAS.com - Harimau sumatera, Bonita, yang telah berhasil dievakuasi dari lokasi konflik di Desa Tanjung Simpang Kecamatan Pelangiran, Indragiri Hilir (Inhil), Riau selanjutnya diobservasi.

Observasi tersebut dilakukan di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera (PRHS) Yayasan Arsari di Dharmasraya, Sumatera Barat (Sumbar).

Lalu, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk observasi Bonita, yang mengalami perubahan tingkah laku tersebut?

Menurut Direktur Eksekutif Yayasan Arsari, Catrini Pratihari Kubontubuh, observasi terhadap harimau pada umumnya dilakukan selama 14 hari.

"Kalau Bonita proses observasinya akan sampai dua bulan," kata Catrini saat berbincang dengan Kompas.com usai jumpa pers di Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau di Pekanbaru, Sabtu (21/4/2018).

Karena sehari sebelum observasi dia melihat Bonita, terdapat indikasi perubahan tingkah laku yang tidak sama dengan harimau lainnya.

Namun, lanjut Catrini, setelah semuanya tenang dan rekam medis sudah lengkap, maka dilanjutkan dengan proses rehabilitasi serta penelitian perubahan tingkah laku.

"Kalau harimau lain biasanya setelah observasi bisa langsung dilepasliarkan.

Tapi kalau Bonita, kami akan melakukan penelitian terhadap hipotesa-hipotesa yang terjadi pada Bonita," jelas Catrini.

Dia mengaku terbuka soal lokasi pelepasliaran harimau Bonita nantinya setelah diobservasi dan diteliti. Namun, lokasi tersebut harus disurvei terlebih dahulu.

"Survei salah satu syaratnya. Lokasi pelepasliaran harus bersih dari perangkap atau jerat dan pakannya juga terjamin.

Catrini mengaku belum bisa menyimpulkan apa penyebab Bonita berubah tingkah laku. Hal itu, kata dia, akan diketahui setelah penelitian.

"Harimau sumatera ini binatang malam hari. Sedangkan Bonita sering muncul di siang hari, yang tidak takut dengan manusia maupun kendaraan. Ini yang dinamakan perubahan tingkah laku," tutur Catrini.

Sebelumnya, harimau Bonita ditangkap dengan cara penembakan bius di blok 76-77 perkebunan kelapa sawit PT THIP di Desa Tanjung Simpang Kecamatan Pelangiran, Indragiri Hilir (Inhil), Riau, Jumat (20/4/2018) pagi.

Bonita tumbang setelah dilakukan dua kali penembakan bius oleh Andita Septiandini tim medis dari Yayasan Arsari.

Selanjutnya, petugas BBKSDA Riau, TNI, Polri, WWF dan perusahaan melakukan evakuasi dengan memasukkan ke dalam box trap.

Bonita dievakuasi dari lokasi lalu dibawa ke Tembilahan menempuh jalur sungai. Selanjutnya, tim langsung membawa Bonita ke PRHS Yayasan Arsari di Dharmasraya, Sumbar.

Sebagaimana diketahui, harimau sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) menewaskan Jumiati pada 3 Januari 2018 lalu.

Korban ditemukan tewas mengenaskan setelah diterkam si raja hutan yang dijuluki 'Datuk' itu.

Setelah menerkam Jumiati, Bonita kerap muncul di permukiman warga dan di sejumlah blok perkebunan sawit perusahaan, yang membuat keresahan warga.

Lebih kurang satu bulan setelah menerkam Jumiati, Bonita menerkam Yusri Effendi, pekerja bangunan sarang burung walet di Dusun Sinar Danau Desa Tanjung Simpang Kecamatan Pelangiran, Sabtu (10/3/2018) lalu.

Korban ditemukan tewas di pinggir danau dengan luka menganga di tengkuk. Usai menerkam, Bonita langsung menghilang.

Sejak kejadian itu, petugas gabungan terus berusaha mencari untuk menangkap Bonita. Namun, beberapa kali perjumpaan dengan petugas, Bonita tak berhasil ditangkap.

Setelah lebih kurang empat bulan dilakukan pencarian akhirnya Bonita berhasil diselamatkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com