Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampanyekan Literasi, Anggota Pramuka Ini Keliling Indonesia dengan Sepeda

Kompas.com - 16/04/2018, 14:04 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati,
Reni Susanti

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Muhammad Maahir Abdulloh (23) menyiapkan sepedanya di halaman kantor PMI Banyuwangi. Di bagian belakang sepeda, terlihat barang kantong berwarna merah yang berisi susunan barang pribadi Maahir.

Lelaki kelahiran 30 Mei 1995 tersebut tengah Ekspedisi Penjelajahan Nusantara (EPN). Pada 11 Maret 2018 lalu ia berangkat dari Jakarta. Rencananya dia ekspedisi seorang diri selama 700 hari atau sekitar 2 tahun berkeliling Indonesia dengan menggunakan sepeda.

Ia dijadwalkan akan melintasi 34 provinsi dan juga mendaki 7 puncak gunung tertinggi di Indonesia antara lain Indraparu (Sumatera), Rinjani (NTB), Semeru (Jawa Timur), Rantemario (Sulawesi), Binaiya (Maluku), serta Bukit Raya (Kalimantan).

"Hari ke 33 (13/4/2018) saya sampai di Banyuwangi kemudian menyebrang ke Bali (16/4/2018) untuk menuju ke Indonesia bagian timur. Targetnya bulan 7 saya sudah bisa menyebrang ke Papua." jelas Maahir kepada Kompas.com Senin (16/4/2018).

(Baca juga : Darurat Literasi Media Sosial, Berpacu Melawan Konten Negatif )

Ia mengaku sudah lima tahun mempersiapkan ekspedisi tersebut. sebelumnya dia pernah melakukan ekspedisi Jakarta-Bali dan Jakarta-Yogyakarta. "Saya ingin mengkampanyekan literasi dan singgah di beberapa taman baca di kota yang saya lintasi," tuturnya.

Walaupun mengkampanyekan literasi, Maahir memilih tidak membawa banyak buku. Nantinya jika ada rumah baca yang membutuhkan buku, maka dia akan meminta rekan-rekannya di Jakarta untuk mengirimkannya.

Selain itu dalam ekspedisi tersebut, dia akan tinggal di 11 desa yang ada di wilayah terpencil Indonesia dan akan membuat sekolah alam atau rumah baca bersama dengan jaringan yang ada di sekitar desa tersebut.

11 desa tersebut berada di Nusa Tenggara Timur (NTT), Papua Selatan, Jayapura, Papua Barat, Maluku Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Utara, Kalimantan Barat, Aceh, dan Jambi.

"Di setiap desa saya akan tinggal selama 30 hari dan membangun sekolah alam atau rumah baca. Tapi bukan saya sendirian yang melakukan, tapi bekerja sama dengan jaringan di sekitar sana bisa pramuka, PMI, relawan, mahasiswa atau siapapun yang ada di sana," tuturnya.

"Saya hanya pemantik. Ketika saya melanjutkan perjalanan lagi mereka yang ada di desa tersebut yang akan melanjutkan," tambahnya seraya mengatakan, donasi yang dikumpulkan selama perjalanan, akan digunakan untuk keperluan rumah baca tersebut.

(Baca juga : Literasi, Perkembangan Baru Dunia Pendidikan di Perbatasan Bulungan)

Selama di Banyuwangi, Maahir mengunjungi taman baca pos kamling di Perumahan Brawijaya Banyuwangi, Kampung Baca Taman Rimba di Papring Kalipuro dan taman baca di tempat wisata Bangsring Under Water Banyuwangi.

"Mengunjungi taman baca kita bisa sharing pengalaman dan juga saling mendukung gerakan literasi di Indonesia, karena literasi bukan hanya sekedar membaca dan menulis tapi juga bagaimana kita berperan aktif di lingkungan sekitar," jelas Maahir.

Anggota SAKA Bhayangkara Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Jakarta Timur tersebut kepada Kompas.com mengaku sengaja memilih bersepeda.

Selain karena lebih ramah lingkungan, dengan sepeda ia bisa menjangkau daerah-daerah yang terpencil serta untuk mengkampanyekan gaya hidup sehat kepada masyarakat.

Dalam perjalanannya kali ini, berat sepeda dan barang bawaan pribadinya diperkirakan 65 kilogram. Barang pribadi yang dibawa di antaranya 9 stel pakaian yang mayoritas dryfit agar lebih praktis.

Dia juga memilih tidak melakukan perjalanan pada malam hari karena tingkat risikonya tiga kali lebih bahaya dibanding saat perjalanan siang hari. Dia juga memilih menggunakan sepatu dan helm selama bersepeda agar lebih aman di jalan raya.


"Walaupun sudah dilengkapi lampu perjalanan malam tetap berbahaya. Jadi saya memilih beristirahat kalau malam hari," katanya.

Kendala lain yang dihadapi adalah kondisi jalan yang menanjak, menurun, dan jalan yang jelek. Dia bercerita, ban dalam sepedanya sempat pecah saat menempuh jarak sekitar 700 kilometer.

"Telpon ibu setiap tanggal 11 dan video call 3 bulan sekali," ungkapnya.

Keputusan Maaher melakukan ekspedisi, didukung sepenuhnya oleh sang ibu yang tinggal di Jakarta. Bahkan untuk memantau ekspedisi anak bungsunya, ibunya membuat facebook dan juga instagram.

"Saya memang sengaja tidak sering-sering memberikan kabar ke ibu. Takutnya jika saya ngga ada sinyal ibu khawatir. Tapi saya sudah janji akan menelpon ibu setiap tanggal 11 dan video call setiap 3 bulan sekali," tuturnya.

"Mengapa setiap tanggal 11, ya karena perjalanan saya dimulai tanggal 11. Tapi kalau komunikasi lewat pesan whatsapp selama ada sinyal saya pasti berkabar," jelasnya.

Selama perjalanan, sebisa mungkin Maahir akan menginap di markas besar PMI. Sebab, selain anggota Pramuka, Maahir juga relawan PMI di Jakarta. Bahkan tidak jarang sepanjang perjalanan, dia dikawal oleh relawan PMI dengan membawa beberapa ambulans.

Setiap hari, rata-rata dia menempuh rute 100 kilometer. Estimasi jarak yang akan dia tempuh selama ekspedisi sejauh 15.000 kilometer.

"Saat ini masih sedikit yang memilih menjadi relawan PMI atau anggota pamuka. Padahal kegiatan yang mereka lakukan adalah mengabdi pada negara dan kemanusian," ucapnya. 

"Ekspedisi yang saya lakukan ini nantinya akan saya jadikan buku dan semoga bisa menginspirasi siapa saja yang membacanya," jelas Maahir seraya mengatakan semua kegiatannya selama ekspedisi diposting di akun instagram pribadinya @muhammadmaahir. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com