Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sutrisno, Menyulap Limbah Kayu Jadi Lukisan yang Diburu Kolektor Belanda

Kompas.com - 28/03/2018, 16:28 WIB
Muhlis Al Alawi,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi

Khusus untuk lukisan foto wajah, ukuran paling kecil yaitu 20 cm x 25 cm seharga Rp 300.000. Sementara ukuran paling besar 70 cm x 1 meter dengan harga Rp 1,5 juta.

"Satu lukisan serbuk kayu saya buat minimal tiga hari. Tapi, kalau jadi satu dikerjakan bersamaan maka tiga itu bisa selesai dalam tiga hari," kata Trisno.

Selain menggarap pesanan orang, ia juga membuat lukisan wajah tokoh-tokoh nasional ternama. Lukisan wajah Presiden Soekarno, Gus Dur, Jokowi, hingga penyanyi Ahmad Albar tampak ekspresif di bengkel kreatifnya yang bernama Gerajan Craft.

Lukisan-lukisan wajah tokoh dan artis mendominasi karya Trisno. Dari lukisan yang pernah dibuat, lukisan Bung Karno paling diminati para kolektor. Selain itu, lukisan Presiden Jokowi juga banyak dipesan oleh para kolektor. 

"Lukisan wajah presiden yang saya buat selalu habis. Dahulu saya pernah membuat tujuh lukisan wajah presiden RI, tetapi selalu habis dibeli. Dari tujuh lukisan wajah presiden yang pernah saya buat, lukisan wajah Bung Karno paling laris," ujar Trisno.

Ia mengakui biaya produksi lukisan serbuk kayu lebih murah dibandingkan melukis dengan media lain. Untuk melukis dengan serbuk kayu, ia hanya membeli bahan berupa kayu untuk frame dan pewarna.

Sutrisno mengatakan, pengerjaan karyanya sering dikerjakan sendiri. Beberapa orang pernah membantu, tetapi terus keluar karena tidak sabar dengan proses pengerjaannya.

"Semua dikerjakan dengan manual, makanya butuh kesabaran," ucap Trisno.

Selama berkarya 12 tahun, pembelinya kebanyakan dari luar kota, seperti Jakarta, Manado, Kalimantan, dan Malang. Tak hanya itu, karyanya juga menjadi buruan kolektor seni lukis dari Belanda.

"Beberapa turis asal Belanda juga datang membeli lukisan saya," tutur Sutrisno.

Ia mengakui, meski menjadi buruan para kolektor, karyanya masih dipasarkan sebatas mulut ke mulut. Selain itu, setiap Sabtu malam, ia memamerken karyanya di Pasar Ngarsopuro sambil membagi-bagikan kartu namanya.

Suami Nurcahyati ini merasa bangga karena perjuangannya mengubah limbah mebel menjadi barang bernilai tinggi. Terlebih lagi, lukisan serbuk kayunya saat ini makin menjadi buruan para kolektor.

"Tentunya saya sangat senang bisa mengubah sesuatu yang biasa menjadi barang bernilai tinggi. Pasalnya, dari awal saya sudah niati keluar dari pekerjaan untuk fokus lukis grajen. Ketika karya yang saya buat diterima pasar, saya benar-benar puas," jelas Trisno.

Baca juga: Di Tangan Akbar, Limbah Kayu Berubah Jadi Jam Tangan

Hanya saja, masih ada satu tujuannya yang belum tercapai. Ia menginginkan lukisan serbuk kayunya disejajarkan dengan karya seni lukis lain, seperti cat minyak dan cat air.

"Lukis serbuk kayu masih dipandang sebagai bentuk kerajinan, bukan karya seni. Saya ingin karya ini sejajar seni lukis dengan cat atau air. Makanya saya sering ikut pameran lukisan supaya orang juga melihat ada lukisan serbuk kayu," kata Trisno.

Tekadnya menyejajarkan lukisan serbuk kayu dengan seni lukis lain setelah ia melakukan uji klinis. Dari hasil uji klinisnya, lukisan serbuk kayu mampu bertahan lama meski terkena percikan air dan panas.

"Saya sudah uji klinis di rumah dengan memasang lukisan berbahan serbuk kayu di tempat yang terkena percikan air hujan dan kena panas langsung. Hasilnya, sampai tujuh tahun warna dan teksturnya tidak berubah," ungkap Trisno.

Meski omzetnya per bulan tidak pasti, Trisno merasa bangga karena dengan hasil karyanya, ia bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Ia pun membuka kesempatan bagi orang lain untuk belajar di bengkel kreatifnya. 

Kompas TV Memanfaatkan limbah kayu bekas untuk membuat alat musik perkusi dilakukan seorang warga di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com