Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Anak-anak di Gresik Mulai Suka Warisan Budaya Leluhur

Kompas.com - 20/03/2018, 13:04 WIB
Hamzah Arfah,
Reni Susanti

Tim Redaksi

“Dari ungkapan turun-temurun yang saya ketahui, tradisi ini dulunya itu hasil buah karya Mbah Sindujoyo setelah habis bertapa,” ujar salah satu anggota senior PSTLG, Abdul Madjid (57).

Dalam perjalanan waktu, kesenian ini pun sempat mengalami masa vakum sekitar rentang tahun 1965 hingga 1967. Dengan dikatakan oleh Abdul Madjid, pada saat itu tidak sekalipun kesenian pencak macan mendapat kesempatan untuk tampil.

“Saat itu, kondisi politik juga sedang kurang bagus (tidak kondusif). Makanya sepi (vakum), nggak ada yang mengundang. Antara takut dan nggak ada uang,” terangnya.

Namun kini, para pelestari kesenian budaya tersebut dapat kembali tersenyum. Selain kesempatan terbuka lebar, juga karena kesenian itu banyak yang mulai melirik, terutama para generasi muda yang tertarik dengan warisan budaya pencak macan.

“Bagus, asyik lihatnya. Ada macan-macanan dan orangnya beradu silat. Musiknya juga enak didengar,” ungkap Achmad Baihakki (10), salah satu siswa SD yang berkesempatan melihat tontonan pencak macan saat itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com