Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Literasi, Perkembangan Baru Dunia Pendidikan di Perbatasan Bulungan

Kompas.com - 04/02/2018, 09:45 WIB
Sukoco

Penulis

NUNUKAN, KOMPAS.com - Letak Kecamatan Peso yang cukup jauh membuat kepala sekolah dan guru di wilayah itu sering terlambat mengetahui perkembangan pendidikan terkini. Hal itu termasuk gerakan c sekolah GLS yang dikumandangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak tahun 2015.

Kepala Seksi Peserta Didik, Pembangunan Karakter Pendidik, dan Tenaga Kependidikan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara, Syahrial mengatakan, istilah literasi bahkan baru pertama kali didengar oleh guru maupun siswa setelah ada program Inovasi untuk anak Indonesia.

Program dari Kemendikbud ini untuk meningkatkan mutu pembelajaran pada bidang literasi, numerasi, dan inklusif di jenjang pendidikan dasar menyapa mereka.

”Wilayah yang luas, berjauhan, dan transportasi yang terbatas membuat usaha kami mempromosikan literasi tidak bisa berlangsung cepat,” ujar Syahrial, Sabtu (3/2/2018).

Kecamatan Peso terletak di hulu Sungai Kayan, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. Untuk menuju wilayah tersebut, dibutuhkan waktu hingga empat jam dari ibu kota Kabupaten Bulungan dengan menggunakan speedboat menyusuri Sungai Kayan yang lebarnya empat kali lapangan bola.

Biaya perjalanan juga cukup mahal, yaitu Rp 400.000 per orang. Kecamatan Peso merupakan wilayah kecamatan terakhir yang dialiri listrik dan terdapat sinyal ponsel. Selepas dari Kecamatan Peso menuju desa yang lebih dalam menuju hulu sungai, keadaannya masih gelap gulita jika malam hari karena belum dialiri listrik dan masuk kawasan blankspot.

”Ini kecamatan terakhir di Bulungan yang bisa dialiri lisrtik dan dapat sinyal handphone. Selepas Peso gelap gulita sudah,” imbuh Syahrial.

Baca juga: Akses Literasi Guru dan Siswa Jauh dari Sempurna

Hasil Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) yang dilakukan oleh Kemendikbud menunjukkan, nilai rata-rata kemampuan membaca siswa SD di Kalimantan Utara berada dua poin di bawah nilai nasional.

Hasil yang tidak jauh berbeda ditemukan Inovasi melalui Survei Inovasi Pendidikan dan Pembelajaran Indonesia (SIPPI) yang dilakukan di Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Malinau.

Menurut survei itu, hanya 14,59 persen siswa kelas I SD yang mampu membaca, sedangkan di kelas II hanya 60,94 persen. Bahkan dari anak yang bisa membaca tersebut, tidak semua anak bisa memahami bacaan secara implisit dan mencari informasi eksplisit dari bacaan.

Kondisi geografis yang sulit dan layanan pendidikan yang terbatas ikut memengaruhi hasil kemampuan membaca siswa sekolah dasar di Kabupaten Bulungan. Dari segi sumber daya manusia, di Kabupaten Bulungan masih banyak guru yang belum berpendidikan sarjana.

Berdasarkan Data Pokok Pendidikan (Dapodik), Kabupaten Bulungan memiliki 1.300 orang guru. Sebanyak 20 persen dari jumlah tersebut belum berkualifikasi sarjana.

“Mereka kuliah S-1 ketika sudah jadi guru berpuluh tahun sebelumnya, kuliah tua istilah mereka,” ucap Syahrial.

Untuk lebih memperkenalkan kegiatan gerakan literasi sekolah GLS, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bulungan menggandeng Program Inovasi untuk memberikan pelatihan literasi. Pelatihan dilakukan mulai dari guru dan kepala sekolah di sekolah kampung hingga sekolah di wilayah terpencil, seperti di Kecamatan Peso.

Pelatihan yang diadakan tidak hanya memperkenalkan literasi sebagai keterampilan abad ke-21, tetapi juga melatih kepala sekolah dan guru agar mampu merancang program budaya baca.

”Tahun ini kami memberikan perhatian serius pada literasi. Bahkan dalam petunjuk teknis penggunaan Biaya Operasional Sekolah Daerah (Bosda), kami memasukkan literasi dan penyediaan buku kelas awal sebagai kegiatan yang bisa dibiayai,” sambung Syahrial.

Baca juga: Aiptu Suddin Kini Kerahkan Keluarganya untuk Menebar Virus Literasi

Membangun budaya membaca

Workshop gerakan di literasi sekolah GLS Long Peso yang digelar pada Selasa (30/1/2018) hingga Kamis diikuti oleh 29 orang guru dan kepala sekolah.

Salah satu peserta pelatihan, Kepala SDN 001 Peso La’an Laing, mengatakan, guru-guru di wilayah pedalaman masih minim pengalaman untuk menularkan budaya baca secara menarik kepada siswa.

Sebab, mereka belum pernah mendapat pelatihan literasi sehingga keterampilan mengajar mereka pun tidak berkembang.

”Padahal, untuk mengajar literasi di kelas awal misalnya, itu tidak mudah, butuh keterampilan dan strategi khusus,” ujar La’an Laing.

Sementara itu, salah satu guru kelas 2 SDN 001 Peso, Roslina Ngau, mengaku bahwa dirinya sering kewalahan menghadapi siswa yang baru mengenal bunyi, huruf, dan kata. Siswa didiknya juga kurang tertarik jika diajak belajar membaca di dalam kelas.

Melalui pelatihan literasi yang diterima, dia mengaku mempelajari bagaimana mengajak anak belajar membaca.

”Saya baru tahu kalau anak-anak bisa diajak membaca buku cerita bersama di halaman sekolah. Saya mau mencoba cara itu,” kata Roslina.

Selain pelatihan literasi, menurut La’an Laing, sekolah dasar di wilayah perbatasan juga sangat membutuhkan ketersediaan buku bacaan. Siswa di Kabupaten Bulungan membutuhkan buku yang mampu membangun imanijasi anak, seperti komik, novel, serta buku sastra, sejarah, dan pengetahuan umum lainnya.

Minimnya ketersediaan buku membuat kebanyakan siswa di pedalaman hanya membaca buku paket belajar. ”Kami sulit menyediakan buku-buku seperti itu karena jauh dari kota,” imbuhnya.

Baca juga: Budayakan Literasi, Sekolah Ini Rutin Terbitkan Buku Karya Siswanya

Adapun menurut Agus Prayitno, District Facilitator Inovasi Kabupaten Bulungan, dibutuhkan keteladanan, pembiasaan, dan ketersediaan buku yang berkesinambungan untuk membangun budaya membaca.

Keteladanan penting karena anak akan meniru perilaku orang dewasa yang ada di sekitarnya. Jika kepala sekolah dan guru ingin siswanya rutin membaca buku, maka mereka juga harus ikut membaca buku. “Membaca adalah kebiasaan yang harus dilakukan berulang-ulang. Kebiasaan berulang inilah yang akan menjadi kebudayaan,” ujar Agus.

Untuk membangun budaya baca di wilayah perbatasan Kalimantan Utara, pemerintah provinsi bekerja sama dengan Kemendikbud melakukan uji coba Program Inovasi di Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Malinau.

Comunication Officer Program Inovasi Kalimantan Utara Erix Hutasoit mengatakan, untuk meningkatkan literasi kelas awal di wilayah perbatasan, program yang dikembangkan adalah meningkatkan kualitas pembelajaran, memperkuat budaya membaca, serta mendorong partisipasi orang tuadan masyarakat.

Implementasi Program Inovasi akan dilakukan melalui penguatan Kelompok Kerja Guru (KKG). Rencananya, program rintisan akan dilaksanakan di 20 sekolah dasar dengan jumlah 2.500 siswa dan 227 guru yang terlibat.

“Hasi dari program rintisan berpotensi untuk disebarluaskan di sekolah lain di Kabupaten Bulungan dan Malinau, di mana ada 244 SD dengan 2.379 guru dan 27.673 siswa,” ucap Erix.

Kompas TV Untuk menangkal kabar bohong, pemerintah terus mengkampanyekan Gerakan Nasional Literasi Digital atau Siberkreasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com