Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kegelisahan Keluarga Saat Menanti Kabar Korban Kebakaran Pabrik Mercon

Kompas.com - 27/10/2017, 13:59 WIB
Dendi Ramdhani

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Linangan air mata tak mampu terbendung dari mata Asep Rustandi. Dia masih tak bisa menerima kenyataan kedua sepupunya yang merupakan kakak beradik, Sunarya (28) dan Ade Rosita (20) menjadi korban meninggal dalam insiden kebakaran pabrik petasan di Tanggerang, Kamis (26/10/2017) lalu.

Asep berkisah, Kamis siang, gawainya berdering. Di layar ponselnya tertulis Angga, teman sekampungnya di RW 09 Kampung Cisitu, Desa Batulayang, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat. Dengan nada panik, Angga yang turut jadi korban luka memberi kabar bahwa pabrik petasan tempatnya bekerja terbakar. Belum sempat bertanya, sambungan telepon terputus.

"Saya terima telepon dari Angga pukul 11.00 WIB. Saat itu kabarnya masih simpang siur. Dia hanya bilang pabrik kebakaran, dia tak bilang banyak seperti syok berat. Saya telepon lagi tapi mati," ujar Asep, Jumat (27/10/2017).

Mendapat kabar itu, Asep lantas memberi tahu warga sekitar. Suasana kampung mendadak panik. Sebab, ada 12 orang warga Kampung Cisitu yang bekerja di pabrik itu. Semua orang sibuk dengan ponselnya mencari kabar sanak saudaranya.

Baca juga : 13 Warga Cililin Jadi Korban Kebakaran Pabrik Mercon, 6 di Antaranya Meninggal

Warga melapor ke Kepala Desa Batulayang, Beben. Beben langsung menyiapkan kendaraan untuk berangkat ke lokasi kejadian. Seluruh keluarga korban turut diboyong. Termasuk Uwan dan Aat Solihat, orangtua Sunarya dan Ade.

Kegelisahan warga mulai menemukan titik terang setelah pihak desa merilis data korban. Polisi juga merinci, dari 12 korban asal Kampung Cisitu, tiga luka-luka, empat selamat, sementara lima orang lainnya dinyatakan tewas. Nama Sunarya dan Ade terselip di deretan korban meninggal. Namun, Asep belum bisa menerima kenyataan.

"Kabar terakhir belum ditemukan sampai sekarang belum ada kepastian," ucap Asep sambil berlinang air mata.

Dia terkenang dengan dua sepupunya yang hidup sangat rukun dalam kesederhanaan. Sunarya, kata Asep, jadi orang pertama yang bekerja di pabrik itu sejak tahun 2008 disusul sejumlah warga lain yang mencari peruntungan di Tanggerang.

"Kalau Ade baru dua minggu di Tanggerang. Bahkan dia mah baru dua hari kerja, ikut suaminya," ungkap Asep yang juga sempat bekerja di pabrik itu pada medio 2009 sampai 2011.

Baca juga: Saya Enggak Tahu Itu Pabrik Mercon, kalau Tahu Saya Tidak Bolehin...

Aparat Polsek Cililin dan Koramil Cililin saat mendamping keluarga korban kebakaran pabrik petasan di Kampung Cisitu RW 09 Desa Batulayang, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat, Jumat (27/10/2017).KOMPAS.com/DENDI RAMDHANI Aparat Polsek Cililin dan Koramil Cililin saat mendamping keluarga korban kebakaran pabrik petasan di Kampung Cisitu RW 09 Desa Batulayang, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat, Jumat (27/10/2017).
Sementara itu, suasana haru menyelimuti rumah kediaman Sunarya dan Ade. Puluhan orang berkumpul di rumah berlantai papan berdinding bilik itu. Seorang ibu muda duduk di pojokan rumah dengan tersedu-sedu. Siaran berita televisi mengiringi suasana kesedihan di perkampungan terpencil itu.

Sejak kemarin, kata Asep, warga tak pernah mematikan televisinya. Mereka resah menunggu kabar. "Kita memang terus memantau kabar lewat televisi. Handphone juga tak pernah mati. Semua menunggu informasi," ujar Asep.

Alasan warga bekerja di pabrik petasan

Kampung Cisitu berada di atas bukit pegunungan Cililin. Jalan selebar dua meter dengan diapit jurang jadi satu-satunya akses menuju kampung itu.

Ali, Ketua RW 09 Desa Batulayang menuturkan, selain bertani, banyak warga Kampung Cisitu yang bekerja sebagai buruh pabrik, salah satunya di gudang mercon milik PT Panca Buana Cahaya Sukses.

Jika dihitung, kata Ali, sudah puluhan warga Kampung Cisitu yang bekerja di pabrik itu secara bergiliran. Namun, hanya 12 warga yang saat ini masih aktif.  "Saling kasih kabar saja antar saudara di sini. Sebetulnya enggak hanya di pabrik itu, banyak juga yang di pabrik lain," ujarnya.

Samsi (24) jadi salah seorang warga yang pernah bekerja di pabrik milik Indra Liyono itu.  Dia menuturkan, awalnya pabrik itu bergerak di bidang percetakan dan pembuatan stiker cutting.

"Saya pernah kerja di sana dulu bukan perusahan kembang api tapi percetakan. Tahun 2008-2009 kalau enggak salah. Gaji per Rp 700.000 per dua minggu. Bahkan saya mah pernah tinggal di rumah Pak Indra," ucap Samsi yang kini bekerja sebagai perangkat Desa Batulayang.

Asep Rustandi pun sempat dua tahun bekerja saat peralihan dari pabrik percetakan menjadi gudang petasan. Namun, ia memutuskan berhenti lantaran sakit.

"Kalau dulu saya di bagian packing. Dulu mah masih gudang. Kalau sekarang jadi pabrik saya kurang tahu. Awalnya memang pabrik stiker, saya juga sempat kerja saat jadi gudang petasan. Jenis petasan untuk tahun baru begitu lah," katanya.

Kompas TV Kebakaran terjadi di gudang mercon di kawasan Kosambi, Kota Tangerang, Kamis (26/10/2017) pagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com